tag:blogger.com,1999:blog-32843912669060201382024-03-25T10:21:57.979-07:00Berita IslamMembahas Berita Tentang IslamAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.comBlogger60125tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-12159166635405111252016-04-19T06:25:00.001-07:002016-04-19T06:26:28.917-07:00Bagaimana Jika Tayammum Saat Safar, Padahal Ada Air, Karena Tidak Ada Kamar Mandi ?<div style="text-align: justify;">
Saya pernah dalam sebuah perjalanan, kemudian saya mengalami junub. Air sebenaranya ada, akan tetapi tidak ada kamar mandi tempat saya mandi. Maka saya shalat 5 waktu dengan tayammum saja. Sekarang saya sudah menetap, apakah saya harus mengulangi shalat?<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw5cjZYU3KHApkSmwTUzfanIZKTN6MxfosbUdjavk3swM1VI-L-I7IqGNwvUnbFNO1kC69jvT3IBzNCeqxZNDYjVFIkzndQjm9uumzJsPDOJZUrxEsjwMYYueAIVqVqaxDDNbcbkpa3XY/s1600/Air.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw5cjZYU3KHApkSmwTUzfanIZKTN6MxfosbUdjavk3swM1VI-L-I7IqGNwvUnbFNO1kC69jvT3IBzNCeqxZNDYjVFIkzndQjm9uumzJsPDOJZUrxEsjwMYYueAIVqVqaxDDNbcbkpa3XY/s320/Air.jpeg" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Ta'ala berfirman, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا (سورة النساء: 43)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).." (QS. An-Nisa: 43) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Ta'ala berfirman, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا (سورة المائدة: 6)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih)." (QS. Al-Maidah: 6)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Abu Daud (332), Nasai (322), Tirmizi (124) dia menyatakan shahih dari Abu Dzar sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dia berkata, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنَّ الصَّعِيدَ الطَّيِّبَ طَهُورُ الْمُسْلِمِ وَإِنْ لَمْ يَجِدْ الْمَاءَ عَشْرَ سِنِينَ فَإِذَا وَجَدَ الْمَاءَ فَلْيُمِسَّهُ بَشَرَتَهُ (وصححه الألباني في "صحيح أبي داود" وغيره)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sesungguhnya, debu (atau segala sesuatu permukaan bumi) yang suci adalah ada bersuci bagi seorang muslim, walaupun dia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun. Jika dia mendapatkan air, maka hendaklah dikenakan kepada kulitnya." (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud dan selainnya)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika seorang muslim melakukan safar dan tidak mendapatkan air, atau apabila dia menggunakan air menyebabkan bahaya karena sakit atau dingin yang sangat, atau semacamnya, maka dia boleh tayammum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun jika dia mendapatkan air dan tidak bahaya dalam menggunakannya, maka tidak boleh baginya tayammum, jika dia shalat dengan tayammum, maka shalatnya batal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikhul Islam rahimahullah berkata, "FirmanNya 'kemudian kalian tidak mendapatkan air' berkaitan dengan 'dalam keadaan safar' bukan berkaitan dengan 'sakit' Seorang yang sakit hendaknya bertayammum walaupun dia mendapatkan air. Orang yang safar hendaknya tayammum jika tidak mendapatkan air." (Majmu Fatawa, 21/398)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syekh As-Sa'dy rahimahullah berkata, "Kesimpulannya, Allah membolehkan tayamum dalam kedua kondisi; Dalam kondisi tidak ada air. Hal ini berlaku mutlak, dalam keadaan menetap atau safar. Dan dalam kondisi kesulitan menggunakannya karena sakit atau semacamnya." (Tafsir As-Sa'dy, hal. 179)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syekh Saleh Al-Fauzan hafizahullah berkata, "Syarat sahnya tayammum adalah adanya air, atau tidak mampu menggunakannya karena sakit atau semacamnya. Atau khawatir jika menggunakannya dapat menyebabkannya haus atau bahaya karena air yang ada padanya tidak cukup untuk minum atau memasak atau berwudhu dan bersuci."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Al-Muntaqa Min Fatawa Al-Fauzan, 12/79)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah, "Jika airnya dekat dari kalian, atau dari tempat kalian, maka dia tidak boleh tayammum. Jika kalian tayammum dalam kondisi tersebut maka tayammum anda tidak sah. Dan shalat yang anda lakukan tidak sah."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Fatawa Nurun Alad Darb, 17/121)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika sang penanya ketika mendapatkan air memungkinkan baginya untuk mandi di suatu tempat, walaupun bukan di kamar mandi, atau tempat yang ditempatkan untuk itu, maka wajib baginya untuk mandi. Begitu juga jika dia mendapatkan tempat yang sunyi, dan dia mampu menutupinya dengan baju, atau kemah atau segala sesuatu atau ada seseorang yang menutupinya dengan sesuatu yang ada pada mereka, maka wajib baginya mandi, dan tidak boleh baginya tayammum. Maka yang wajib baginya adalah mengulang shalat yang dilakukan dengan tayammum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Saya pernah menempuh perjalanan, tiba-tiba saya mendapatkan shalat sedang dilaksanakan pada sebuah masjid. Sementara ketika itu saya tidak mendapatkan air di dekat tempat tersebut. Maka saya tayammum dan shalat. Karena, jika saya mencari masjid untuk shalat di sana, akan membuat saya kehilangan waktu shalat. Apakah ketika itu, saya boleh melakukan shalat?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau menjawab, "Tidak boleh shalat dalam kondisi seperti itu. Maksudnya, tidak boleh seseorang bertayamum dengan tujuan agar dapat berjamaah shalat, karena dianggap sah walau tanpa berjamaah. Meskipun shalat tanpa berjamaah berdosa (bagi laki-laki), akan tetapi dia sah. Yang diwajibkan bagi sang penanya sekarang adalah mengulangi shalatnya setelah dia berwudhu, karena shalatnya yang pertama tidak sah, karena dia meninggalkan salah satu syaratnya, yaitu berwudhu."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fatawa Nurun Alad-Darb (23/121)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika sebelumnya dia sedang safar dan ingin mengulanginya dalam keadaan mukim (menetap), maka yang lebih hati-hati dia shalat seperti orang yang mukim, maksudnya tidak diqashar. Berdasarkan perbedaan pendapat para ulama tentang orang yang tidak shalat empat rakaat dalam safar dan dia akan mengqadhanya dalam ketika sudah menetap, apakah dia qadha dengan empat rakaat, sebagaimana mazhab Syafii dan pendapat yang kuat dalam mazhab Hambali, ataukah shalat dua rakaat sebagaimana mazhab Hanafi dan Maliki serta mazhab Syafii yang lama. Perhatikan Al-Mausuah Al-Fiqhiyah (27/281-282)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika ditakdirkan bahwa dia tidak dapat mandi karena tidak ada tempat yang mungkin baginya untuk berlindung, atau udara sangat dingin, sehingga tidak dapat mandi dengan air tersebut karena tidak ada penghangat dan tidak mudah mendapatkan di saat safat tersebut, maka dia boleh tayammum dan shalat, tidak mengapa baginya dan dia tidak wajib mengulanginya.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-45038292862223140692016-04-19T06:20:00.001-07:002016-04-19T06:20:53.585-07:00Larangan Duduk Atau Berjalan Di Atas Kuburan<div style="text-align: justify;">
Rasulullah saw melarang seseorang duduk diatas kuburan di beberapa haditsnya, diantaranya sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya seorang dari kalian yang duduk ditas bara api lalu membakar pakaian hingga menyisakan kulitnya lebih baik baginya dari pada duduk diatas sebuah kuburan.” (HR. Muslim didalam “Shahih” nya)</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr7B9B906CW8MfzaUektXnI8lGFu122_DjDB5TO8DWskHmHmMJVHSzN8EVL52HR5JbRV7AWfzjFzPc6aMBkVL1zTYqW1VeXi1cYTAvicL7PZXhUbIu_qRbvu0Vznokv8Tn2UmkaGnABA4/s1600/Duduk+atau+Berjalan+di+Atas+Kuburan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr7B9B906CW8MfzaUektXnI8lGFu122_DjDB5TO8DWskHmHmMJVHSzN8EVL52HR5JbRV7AWfzjFzPc6aMBkVL1zTYqW1VeXi1cYTAvicL7PZXhUbIu_qRbvu0Vznokv8Tn2UmkaGnABA4/s320/Duduk+atau+Berjalan+di+Atas+Kuburan.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sabdanya saw yang lain,”Sesungguhnya aku berjalan diatas bara api atau pedang atau aku menambal sandal dengan kakiku lebih aku sukai daripada berjalan diatas sebuah kuburan muslim.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh al Bushairiy dan sanadnya baik menurut al Albani)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sabdanya saw yang lain,”Janganlah kalian duduk diatas kuburan dan janganlah shalat menghadapnya.” (HR. Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari beberapa dalil diatas, para ulama madzhab Hanafi, Syafi’i, Hambali dan Zhahiriy berpendapat bahwa hal itu adalah makruh. Sementara Nawawi di dalam “al Majmu” mengatakan,”Makruh duduk diatas kuburan, bersandar dengannya dan kami pernah menyebutkan bahwa hal itu adalah makruh menurut kami (madzhab Syafi’i), demikian pula menurut jumhur ulama.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para ulama madzhab Maliki dan sebagian Hanafi membolehkan hal itu, mereka menyatakan bahwa hadits-hadits diatas maknanya adalah duduk untuk buang hajat diatas kuburan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan pendapat yang paling tepat dalam permasalahan ini adalah pendapat jumhur ulama bahwa hadits-hadits tersebut menjelaskan tentang larangan dan tidak ada yang mengkhususkannya. (Markaz al Fatwa No. 64447)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara berjalan diatas kuburan menurut para ulama Hanafi adalah makruh. Ibnu Abidin yang dinukil dari bank fatwa mengatakan,”Dari Abu Hanifah bahwa janganlah menginjak kuburan kecuali darurat.” Sebagian dari mereka mengatakan,”Tidak mengapa menginjak kuburan sementara dirinya membaca (al Qur’an) atau bertasbih atau berdoa bagi mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara para ulama Maliki berpendapat bahwa kuburan adalah tempat haram maka tidak seharusnya berjalan diatasnya jika ia berupa gundukan dan terdapat jalan selainnya. Adapun jika kuburan itu terhapus (rata) maka terdapat kebebasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemilik kitab “at Tahdzib” dari kalangan Syafi’i mengatakan bahwa tidaklah mengapa berjalan dengan menggunakan sandal diantara kuburan-kuburan. Mereka mengatakan bahwa pernyataan kuburan adalah tempat haram adalah penghargaan untuk si mayit karena itu makruh—menurut pendapat mereka yang masyhur—duduk diatasnya, bersandar dengannya, menginjaknya kecuali adanya kebutuhan seperti tidak bisa sampai ke suatu kuburan mayat kecuali dengan menginjaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Nawawi mengatakan,”Hal itu—berjalan diatas kuburan—diharamkan berdasarkan lahiriyah hadits,’ ,”Sesungguhnya seorang dari kalian yang duduk ditas bara api lalu membakar pakaian hingga menyisakan kulitnya lebih baik baginya daripada duduk diatas sebuah kuburan.” (HR. Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para ulama Hambali mengatakan bahwa makruh menginjak kuburan dan berjalan diantarnya dengan menggunakan sandal berdasarkan hadits,”walau dengan menggunakan tamasyyuk (sejenis sandal).” Mereka mengatakan,”Tidaklah makruh berjalan diantaranya dengan menggunakan terompah yang sulit dilepasnya karena ia bukanlah sandal. Disunnahkan melepas sandal jika memasuki pemakaman berdasarkan hadits Basyir bin al Khashashiyah berkata,”Ketika aku berjalan menemani Rasulullah saw ada seorang laki-laki yang berjalan di kuburan dengan menggunakan dua sandal. Lalu beliau saw berkata,’Wahai pemilik dua sandal, celaka kamu lepaskan kedua sandalmu.’</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu lelaki itu pun menoleh dan tatkala dia mengetahui Rasulullah saw maka dia pun melepaskan dan menjauhkan kedua sandalnya.” Sebagai sebuah penghormatan bagi jenazah kaum muslimin kecuali jika dirinya khawatir adanya najis, duri, buminya panas atau dingin maka hal itu tidaklah makruh—yaitu berjalan dengan menggunakan sandal diantara kuburan—dikarenakan adanya uzur. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 13929 – 13930)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian makruh bagi seseorang melintasi atau berjalan diatas kuburan seorang muslim kecuali darurat atau tidak ada jalan selainnya demi menghormati mayat yang ada didalamnya, sebagaimana pendapat Syafi’i.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun terhadap kuburan orang-orang kafir atau musyrik maka dibolehkan melintasi atau berjalan diatasnya maupun duduk diatasnya karena tidaklah ada kemuliaan terhadap orang yang dikubur didalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Adab Mengantar Jenazah ke Pemakaman</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairoh berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Hak muslim tehadap muslim lainnya ada enam : Jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika dia mengundangmu maka sambutlah, jika dia meminta nasehat darimu maka nasehatilah, jika dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah maka mohonkanlah hidayah (petunjuk) baginya, jika dia sakit maka kunjungilah dan jika dia meninggal dunia maka iringilah (mayat) nya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari hadits diatas tampak bahwa diantara kewajiban kifayah kaum muslimin terhadap seorang muslim yang meninggal dunia adalah mengantarkannya ke pemakamannya baik orang yang meninggal itu dikenal atau tidak dikenalnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Urgennya permasalahan mengiringi jenazah ini tampak dari pahala besar yang Allah siapkan bagi setiap orang yang mengiringinya hingga selesai dimakamkan, berdasarkan sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang keluar dari rumahnya bersama jenazah kemudian mengiringinya hingga dimakamkan maka baginya pahala dua qirath yang setiap qirath-nya bagaikan satu gunung uhud dan barangsiapa yang menshalatinya kemudian pulang maka baginya satu qirath.” (HR. Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentang adab mengiringi jenazah disebutkan didalam fatwa al Lajnah ad Daimah :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Adapun mengiringi jenazah ke pemakaman hendaknya tanpa bersuara, tidak dengan berdzikir atau membaca al Qur’an sebagai bentuk pengamalan dari sunnah Rasulullah saw dan para Khulafa ar Rasydin dan para pendahulu di abad-abad pertama yang telah diakui kebaikannya oleh Rasulullah saw.” (al Lajnah ad Daimah li al Buhuts al Ilmiyah wa al Ifta’, fatwa no. 829)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-78965158432069155512016-04-19T06:15:00.002-07:002016-04-19T06:16:41.482-07:00Berbohong tentang Mimpi Dalam Islam<div style="text-align: justify;">
<b>Hadits Bukhari 6520</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ لَمْ يَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ وَلَنْ يَفْعَلَ وَمَنْ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ صُبَّ فِي أُذُنِهِ الْآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ صَوَّرَ صُورَةً عُذِّبَ وَكُلِّفَ أَنْ يَنْفُخَ فِيهَا وَلَيْسَ بِنَافِخٍ قَالَ سُفْيَانُ وَصَلَهُ لَنا أَيُّوبُ وَقَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَوْلَهُ مَنْ كَذَبَ فِي رُؤْيَاهُ وَقَالَ شُعْبَةُ عَنْ أَبِي هَاشِمٍ الرُّمَّانِيِّ سَمِعْتُ عِكْرِمَةَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ قَوْلَهُ مَنْ صَوَّرَ صُورَةً وَمَنْ تَحَلَّمَ وَمَنْ اسْتَمَعَ حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ حَدَّثَنَا خَالِدٌ عَنْ خَالِدٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَنْ اسْتَمَعَ وَمَنْ تَحَلَّمَ وَمَنْ صَوَّرَ نَحْوَهُ تَابَعَهُ هِشَامٌ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَوْلَهُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barang siapa menyatakan diri bermimpi padahal tidak, ia dipaksa untuk menyatukan dua biji gandum & sekali-kali tak bisa melakukannya, & barangsiapa mencuri dengar pembicaraan suatu kaum padahal mereka tak menyukai atau telah menyingkir untuk menghindarinya, maka telinganya akan dialiri cairan tembaga pada hari kiamat, barang siapa menggambar ia akan disiksa & dipaksa untuk menghidupkannya padahal tak mampu. Sufyan mengatakan; 'Ayyub menyambungkannya kepada kami. Sedang Qutaibah mengatakan; telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari 'Ikrimah dari Abu Hurairah ucapannya tentang; 'Barangsiapa dusta dalam mimpinya'. Dan Syu'bah mengatakan; dari Abu Hasyim Ar Rumani, aku mendengar Ikrimah berkata; Abu Hurairah dgn ucapannya; 'Barangsiapa menggambar, & barangsiapa menyatakan bermimpi, & barangsiapa mencuri dengar.' Telah menceritakan kepada kami Ishaq telah menceritakan kepada kami Khalid dari Khalid dari Ikrimah dari Ibnu Abbas mengatakan; Barangsiapa mencuri dengar, & barangsiapa menyatakan bermimpi & barangsiapa menggambar', hadits ini diikutsertakan penguatnya oleh Hisyam dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dgn ucapan beliau. [HR. Bukhari No.6520].</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwYB7yK-06yS8CeoRiglvbyAhbWTybIFnHw9Glfr26M2taPqzAijDjE8RhU0OGguK7v7PjrZZRbkKxsF_3NCCz2GjPb_dKsKnT2B-sjO7l45TQmUAoQw4bS8AjcAgqA0HUXiIU3biLTz4/s1600/Berbohong+Tentang+Mimpi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwYB7yK-06yS8CeoRiglvbyAhbWTybIFnHw9Glfr26M2taPqzAijDjE8RhU0OGguK7v7PjrZZRbkKxsF_3NCCz2GjPb_dKsKnT2B-sjO7l45TQmUAoQw4bS8AjcAgqA0HUXiIU3biLTz4/s1600/Berbohong+Tentang+Mimpi.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Hadits Bukhari No.6520 Secara Lengkap</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Ayyub] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Barangsiapa menyatakan diri bermimpi padahal tidak, ia dipaksa untuk menyatukan dua biji gandum dan ia tak akan bisa melakukannya, dan barangsiapa mencuri dengar pembicaraan suatu kaum padahal mereka tidak menyukai atau telah menyingkir untuk menghindarinya, maka telinganya akan dialiri cairan tembaga pada hari kiamat, barang siapa menggambar ia akan disiksa dan dipaksa untuk menghidupkannya padahal tidak mampu." [Sufyan] mengatakan; ['Ayyub] menyambungkannya kepada kami. Sedang [Qutaibah] mengatakan; telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Qatadah] dari ['Ikrimah] dari [Abu Hurairah] ucapannya tentang; 'Barangsiapa dusta dalam mimpinya'. Dan [Syu'bah] mengatakan; dari [Abu Hasyim Ar Rumani], aku mendengar [Ikrimah] berkata; [Abu Hurairah] dengan ucapannya; 'Barangsiapa menggambar, dan barangsiapa menyatakan bermimpi, dan barangsiapa mencuri dengar.' Telah menceritakan kepada kami [Ishaq] telah menceritakan kepada kami [Khalid] dari [Khalid] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] mengatakan; "Barangsiapa mencuri dengar, dan barangsiapa menyatakan bermimpi dan barangsiapa menggambar', hadits ini diikutsertakan penguatnya oleh [Hisyam] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] dengan ucapan beliau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Hadits Bukhari 6521</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ مَوْلَى ابْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ أَفْرَى الْفِرَى أَنْ يُرِيَ عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara kebohongan yg paling bohong adl menyatakan melihat (bermimpi) padahal tidak. [HR. Bukhari No.6521].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Hadits Bukhari No.6521 Secara Lengkap</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Telah menceritakan kepada kami ['Ali bin Muslim] telah menceritakan kepada kami ['Abdush Shamad] telah menceritakan kepada kami ['Abdurrahman bin Abdullah bin Dinar], maula Ibnu Umar, dari [ayahnya] dari [Ibnu Umar], bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Diantara kebohongan yang paling bohong adalah menyatakan melihat (bermimpi) padahal tidak."</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-11661816534863458902016-04-19T06:10:00.001-07:002016-04-19T06:10:38.290-07:00Hukum Menggambar Makhluk Bernyawa<div style="text-align: justify;">
Pada asalnya tashwir (menggambar) segala hal yang memiliki nyawa, baik manusia maupun hewan, hukumnya haram. Baik itu dalam bentuk ukiran patung (3 dimensi) maupun yang digambar di kertas, kain, dinding atau semisalnya (2 dimensi). Ataupun juga gambar foto. Berdasarkan hadits-hadits yang shahih tentang larangan perbuatan tersebut dan adanya ancaman bagi pelakunya dengan azab yang keras.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMNUHjIJhVHTZqZCcLNNqtz9P-gHI7xm1ButcLqmILglQ-hCGymlXLkO-KAB3PKAlvkCy2XpKCecK3eR4LxqjHuGqAYqpSNoR9JICrF48LmYjcuu7pRMSYtfAhyewTggI0bnSFI0pMXCo/s1600/Hukum+Menggambar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMNUHjIJhVHTZqZCcLNNqtz9P-gHI7xm1ButcLqmILglQ-hCGymlXLkO-KAB3PKAlvkCy2XpKCecK3eR4LxqjHuGqAYqpSNoR9JICrF48LmYjcuu7pRMSYtfAhyewTggI0bnSFI0pMXCo/s1600/Hukum+Menggambar.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu juga pada jenis gambar tertentu, dikhawatirkan menjadi sarana menuju kesyirikan terhadap Allah. Yaitu seseorang merendahkan diri di depan gambar tersebut, dan bert-taqarrub kepadanya, dan mengagungkan gambar tersebut dengan pengagungan yang tidak layak kecuali kepada Allah Ta’ala. Selain itu juga, terdapat unsur menandingi ciptaan Allah. Selain itu juga sebagian gambar dapat menimbulkan fitnah (keburukan), seperti gambar selebriti, gambar wanita yang tidak berpakaian, model terkenal, atau semacam itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan hadits-hadits yang menyatakan tentang keharaman hal ini menunjukkan bahwa perbuatan ini adalah dosa besar. Diantaranya hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إنَّ الَّذينَ يصنَعونَ هذِه الصُّوَرَ يعذَّبونَ يومَ القيامةِ ، يقالُ لَهم : أحيوا ما خلقتُمْ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“orang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: ‘hidupkanlah apa yang kalian buat ini’” (HR. Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إنَّ أشدَّ النَّاسِ عذابًا عندَ اللَّهِ يومَ القيامةِ المصوِّرونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat, di sisi Allah, adalah tukang gambar” (HR. Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
قال اللهُ عزَّ وجلَّ : ومن أظلم ممن ذهبَ يخلقُ كخَلْقي ، فلْيَخْلُقوا ذرَّةً ، أو : لِيخْلُقوا حبَّةً ، أو شعيرةً</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku?’. Maka buatlah gambar biji, atau bibit tanaman atau gandum” (HR. Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم من سفر وقد سترت سهوة لي بقرام فيه تماثيل، فلما رآه رسول الله صلى الله عليه وسلم تلون وجهه، وقال: “يا عائشة، أشد الناس عذاباً عند الله يوم القيامة الذين يضاهئون بخلق الله”، فقطعناه فجعلنا منه وسادة أو وسادتين</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pulang dari safar. Ketika itu aku menutup jendela rumah dengan gorden yang bergambar (makhluk bernyawa). Ketika melihatnya, wajah Rasulullah berubah. Beliau bersabda: “wahai Aisyah orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat adalah yang menandingin ciptaan Allah“. Lalu aku memotong-motongnya dan menjadikannya satu atau dua bantal” (HR. Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan hadits Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
من صوَّرَ صورةً في الدُّنيا كلِّفَ يومَ القيامةِ أن ينفخَ فيها الرُّوحَ ، وليسَ بنافخٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“barangsiapa yang di dunia pernah menggambar gambar (bernyawa), ia akan dituntut untuk meniupkan ruh pada gambar tersebut di hari kiamat, dan ia tidak akan bisa melakukannya” (HR. Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juga hadits lainnya dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
كلُّ مُصوِّرٍ في النَّارِ ، يُجْعَلُ له بكلِّ صورةٍ صوَّرها نفسٌ فتُعذِّبُه في جهنَّمَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“semua tukang gambar (makhluk bernyawa) di neraka, setiap gambar yang ia buat akan diberikan jiwa dan akan mengadzabnya di neraka Jahannam” (HR. Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semua hadits-hadits ini melarang menggambar semua yang memiliki ruh secara mutlak. Adapun gambar yang tidak memiliki ruh, seperti pohon, laut, gunung, dan semisalnya boleh untuk digambar, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma. Dan tidak diketahui ada diantara para sahabat yang mengingkari pernyataan Ibnu Abbas tersebut. Dan tidak ada para sahabat yang mengingkari (gambar yang tidak bernyawa) ketika mereka memahami hadits “hidupkanlah apa yang kalian buat ini” dan juga hadits “ia akan dituntut untuk meniupkan ruh pada gambar tersebut di hari kiamat, dan ia tidak akan bisa melakukannya“.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-29685632489857185962016-04-19T06:02:00.000-07:002016-04-19T06:02:24.352-07:00Larangan Menyemir Rambut Dengan Warna Hitam<div style="text-align: justify;">
Bagi yang sudah berusia senja atau mungkin saja masih muda tapi sudah beruban, sangat ingin sekali merubah warna rambutnya yang telah memutih dengan warna hitam. Inilah tanda ketidaksabaran dari sebagian orang dengan warna rambutnya itu. Namun bagaimanakah tuntunan Islam dalam hal ini? Bolehkah mewarnai rambut dengan warna hitam? Tulisan ini sebenarnya telah kami bahas dalam posting yang sudah lama kami muat di web ini. Silakan lihat di link berikut. Jadi tulisan ini hanya kembali mengingatkan kembali akan tidak bolehnya menggunakan warna hitam ketika menyemir rambut. Perhatikan tulisan berikut yang di dalamnya terdapat penjelasan dari ulama besar Saudi Arabia, Syaikh ‘Abdul Karim Khudair.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjRHPbyNOhBdhM-n5I6iP0p61nU6gH1ebXeu_-BP_xVf8HcJ3lPd5css7Ekb0DakBUH9__MpseYbhICARMy6VSrRkNgE43vnZ_Gxhm5xJEywIUrBO7Mia_o4rTUJnq_Y8G_ShZvb1IqdI/s1600/Menyemir+Warna+Hitam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="173" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjRHPbyNOhBdhM-n5I6iP0p61nU6gH1ebXeu_-BP_xVf8HcJ3lPd5css7Ekb0DakBUH9__MpseYbhICARMy6VSrRkNgE43vnZ_Gxhm5xJEywIUrBO7Mia_o4rTUJnq_Y8G_ShZvb1IqdI/s320/Menyemir+Warna+Hitam.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Bersabar dengan Uban</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi beruban memang tidak menyenangkan bagi sebagian orang. Ada yang merasa gatal sehingga ingin mencabut uban tersebut dari kepalanya. Atau karena penampilan yang sudah terlihat tua, akhirnya ia pun ingin merubah uban dengan warna lain (terutama dengan warna hitam).</div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal uban adalah cahaya seorang mukmin di hari kiamat. Perhatikan dalam hadits-hadits berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
الشيب نور المؤمن لا يشيب رجل شيبة في الإسلام إلا كانت له بكل شيبة حسنة و رفع بها درجة</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang beruban –walaupun sehelai- dalam Islam melainkan setiap ubannya akan dihitung sebagai suatu kebaikan dan akan meninggikan derajatnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لا تنتفوا الشيب فإنه نور يوم القيامة ومن شاب شيبة في الإسلام كتب له بها حسنة وحط عنه بها خطيئة ورفع له بها درجة</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Janganlah mencabut uban karena uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan satu derajat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لَا تَنْتِفُوا الشَّيْبَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَشِيبُ شَيْبَةً فِي الْإِسْلَامِ إِلَّا كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Janganlah mencabut uban. Tidaklah seorang muslim yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat nanti.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sehingga kami nasehatkan di atas tadi, bersabar itu lebih utama. Jangan merasa gelisah atau risih dengan uban tersebut. Lihatlah balasan atau pahala yang Allah berikan kelak nanti. Cahaya di hari penuh kesulitan di hari kiamat, itu lebih utama dari gelisah dan tidak suka di dunia. Coba setiap yang beruban merenungkan hal ini. Namun hanya Allah lah yang beri taufik dan hidayah demi hidayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Diharamkan Menyemir Uban dengan Warna Hitam</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لَا يَصْبُغُونَ فَخَالِفُوهُمْ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak menyemir uban mereka, maka selisilah mereka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Pada hari penaklukan Makkah, Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) datang dalam keadaan kepala dan jenggotnya telah memutih (seperti kapas, artinya beliau telah beruban). Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
غَيِّرُوا هَذَا بِشَيْءٍ وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tetapi hindarilah warna hitam.” Ulama besar Syafi’iyah, An Nawawi membawakan hadits ini dalam Bab “Dianjurkannya menyemir uban dengan shofroh (warna kuning), hamroh (warna merah) dan diharamkan menggunakan warna hitam”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika menjelaskan hadits di atas An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Menurut madzhab kami (Syafi’iyah), menyemir uban berlaku bagi laki-laki maupun perempuan yaitu dengan shofroh (warna kuning) atau hamroh (warna merah) dan diharamkan menyemir uban dengan warna hitam menurut pendapat yang terkuat. Ada pula yang mengatakan bahwa hukumnya hanyalah makruh (makruh tanzih). Namun pendapat yang menyatakan haram lebih tepat berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “hindarilah warna hitam”. Inilah pendapat dalam madzhab kami.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahan yang baik digunakan untuk menyemir uban tadi adalah inai dan pacar. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنَّ أَحْسَنَ مَا غَيَّرْتُمْ بِهِ الشَّيْبَ الْحِنَّاءُ وَالْكَتَمُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya bahan yang terbaik yang kalian gunakan untuk menyemir uban adalah hinna’ (pacar) dan katm (inai).”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Soal-Jawab Syaikh ‘Abdul Karim Khudair</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau hafizhahullah ditanya, “ Apa hukum mewarnai rambut dengan warna hitam?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jawaban dari beliau,</div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits yang membicarakan masalah ini menyatakan,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَجَنِّبُوهُ السَّوَادَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jauhilah menggunakan warna hitam.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat Abu Qohafah dengan rambutnya yang beruban (warna putih), beliau bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
غَيِّرُوهُ وَجَنِّبُوهُ السَّوَادَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ubahlah uban tersebut dan jauhi warna hitam.” Namun hadits ini dikatakan mudroj (ada tambahan dari perowi) yang tidak bisa dijadikan hujjah dan tidak bisa dijadikan dalil. Akan tetapi, mewarnai rambut dengan hitam baik untuk laki-laki, perempuan, hukumnya haram. Termasuk pula bagi anak kecil atau orang dewasa, hukumnya sama, tetap haram.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih tersisa masalah, mengenai mengubah uban dengan warna selain hitam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan dalam hadits, “Ubahlah”. Minimal perintah ini adalah sunnah dan ada sebagian ulama katakan hukumnya adalah wajib untuk merubah uban (dengan warna selain hitam). Dan sahabat Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu sendiri merubah ubannya dengan hinna’ (pacar) dan katm (inai). Adapun sahabat ‘Umar radhiyallahu ‘anhu mengubah ubannya hinna’ (pacar) dan shorf.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita perhatikan sendiri bahwa kebanyakan orang yang berada di usia senja tidak mewarnai ubannya, karena dalam hal ini terasa sulit dan berat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Intinya, melakukan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk merubah uban (dengan warna selain hitam) sangat dituntut bagi seorang muslim. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri katakan, “Ubahlah uban tersebut”. Para ulama katakan bahwa mewarnai uban (dengan selain hitam) di sini hukumnya sunnah, bukan wajib. Akan tetapi, jika kita katakan demikian bahwa itu sunnah dan ada perintah dalam hal ini, lantas mengapa kita tidak tunaikan saja perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ada?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah penjelasan dalam masalah menyemir rambut. Hal ini berlaku pula bagi yang tidak memiliki uban lantas ingin menyemirnya dengan warna hitam, sama saja tetap terlarang karena hadits yang membicarakan ini berlaku umum. Wallahu a’lam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi problema memang di sebagian salon atau tempat cukur rambut, di mana mereka melayani pelanggan yang ingin menyemir ubannya dengan warna hitam. Ini tentu saja masalah dan upahnya pun dari suatu usaha yang haram. Dalam hadits disebutkan,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وإن الله إذا حرم شيئا حرم ثمنه</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jika Allah mengharamkan sesuatu, Allah pun mengharamkan upahnya.”[9] Berarti upah yang diperoleh dari menyemir uban dengan warna hitam adalah upah yang haram. So, ini berarti memakan harta orang dengan cara yang batil.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-9295408346513099012016-04-19T05:55:00.001-07:002016-04-19T05:55:26.369-07:00Larangan Laki-laki Menyerupai Perempuan Dan Perempuan Menyerupai Laki-laki Dalam Berpakaian, Berbicara Dan Berpenampilan<div style="text-align: justify;">
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجاَلِ بِالنِّساَءِ، وَالْمُتَشَبِّهاَتِ مِنَ النِّساَءِ بِالرِّجاَلِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhari no. 5885, 6834)</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2Va7-4afB8VcwYuAbA9UkO39b0cUa_teFvF1aejUt_MoX7ccNKWda2D-jprMAG9oTfiwU32w5DbHgg2SarQcEGZD0eK_IMqpKQvTz5N_5uof73_e-y3C34IAjRfZSxAI4U-9PeI2DPXo/s1600/Laki-laki+yg+Menyerupai+Perempuan+dan+Perempuan+yg+Menyerupai+Laki-laki+dalam+Berpakaian%252C+Berbicara+dan+Berpenampilan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2Va7-4afB8VcwYuAbA9UkO39b0cUa_teFvF1aejUt_MoX7ccNKWda2D-jprMAG9oTfiwU32w5DbHgg2SarQcEGZD0eK_IMqpKQvTz5N_5uof73_e-y3C34IAjRfZSxAI4U-9PeI2DPXo/s320/Laki-laki+yg+Menyerupai+Perempuan+dan+Perempuan+yg+Menyerupai+Laki-laki+dalam+Berpakaian%252C+Berbicara+dan+Berpenampilan.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ath-Thabari rahimahullah memaknai sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas dengan ucapan: “Tidak boleh laki-laki menyerupai wanita dalam hal pakaian dan perhiasan yang khusus bagi wanita. Dan tidak boleh pula sebaliknya (wanita menyerupai laki-laki).” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menambahkan: “Demikian pula meniru cara bicara dan berjalan. Adapun dalam penampilan/ bentuk pakaian maka ini berbeda-beda dengan adanya perbedaan adat kebiasaan pada setiap negeri. Karena terkadang suatu kaum tidak membedakan model pakaian laki-laki dengan model pakaian wanita (sama saja), akan tetapi untuk wanita ditambah dengan hijab. Pencelaan terhadap laki-laki atau wanita yang menyerupai lawan jenisnya dalam berbicara dan berjalan ini, khusus bagi yang sengaja. Sementara bila hal itu merupakan asal penciptaannya maka ia diperintahkan untuk memaksa dirinya agar meninggalkan hal tersebut secara berangsur-angsur. Bila hal ini tidak ia lakukan bahkan ia terus tasyabbuh dengan lawan jenis, maka ia masuk dalam celaan, terlebih lagi bila tampak pada dirinya perkara yang menunjukkan ia ridla dengan keadaannya yang demikian.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Hafidz rahimahullah mengomentari pendapat Al-Imam An-Nawawi rahimahullah yang menyatakan mukhannats yang memang tabiat/ asal penciptaannya demikian, maka celaan tidak ditujukan terhadapnya, maka kata Al-Hafidz rahimahullah, hal ini ditujukan kepada mukhannats yang tidak mampu lagi meninggalkan sikap kewanita-wanitaannya dalam berjalan dan berbicara setelah ia berusaha menyembuhkan kelainannya tersebut dan berupaya meninggalkannya. Namun bila memungkinkan baginya untuk meninggalkan sifat tersebut walaupun secara berangsur-angsur, tapi ia memang enggan untuk meninggalkannya tanpa ada udzur, maka ia terkena celaan.” (Fathul Bari, 10/345)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah memang menyatakan: “Ulama berkata, mukhannats itu ada dua macam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama:</b> hal itu memang sifat asal/ pembawaannya bukan ia bersengaja lagi memberat-beratkan dirinya untuk bertabiat dengan tabiat wanita, bersengaja memakai pakaian wanita, berbicara seperti wanita serta melakukan gerak-gerik wanita. Namun hal itu merupakan pembawaannya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menciptakannya seperti itu. Mukhannats yang seperti ini tidaklah dicela dan dicerca bahkan tidak ada dosa serta hukuman baginya karena ia diberi udzur disebabkan hal itu bukan kesengajaannya. Karena itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada awalnya tidak mengingkari masuknya mukhannats menemui para wanita dan tidak pula mengingkari sifatnya yang memang asal penciptaan/ pembawaannya demikian. Yang beliau ingkari setelah itu hanyalah karena mukhannats ini ternyata mengetahui sifat-sifat wanita (gambaran lekuk-lekuk tubuh wanita) dan beliau tidak mengingkari sifat pembawaannya serta keberadaannya sebagai mukhannats.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kedua:</b> mukhannats yang sifat kewanita-wanitaannya bukan asal penciptaannya bahkan ia menjadikan dirinya seperti wanita, mengikuti gerak-gerik dan penampilan wanita seperti berbicara seperti mereka dan berpakaian dengan pakaian mereka. Mukhannats seperti inilah yang tercela di mana disebutkan laknat terhadap mereka di dalam hadits-hadits yang shahih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun mukhannats jenis pertama tidaklah terlaknat karena seandainya ia terlaknat niscaya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkannya pada kali yang pertama, wallahu a’lam.” (Syarah Shahih Muslim, 14/164)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun seperti yang dikatakan Al-Hafidz rahimahullah, mukhannats jenis pertama tidaklah masuk dalam celaan dan laknat, apabila ia telah berusaha meninggalkan sifat kewanita-wanitaannya dan tidak menyengaja untuk terus membiarkan sifat itu ada pada dirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Sunan Abu Dawud dibawakan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لِبْسَةَ الْمَرْأَةِ وَالْمَرْأَةُ تَلْبَسُ لِبْسَةَ الرَّجُلِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud no. 3575. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata: Hadits ini hasan dengan syarat Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab Al-Jami’ush Shahih (3/92) menempatkan hadits ini dalam kitab An-Nikah wath Thalaq, bab Tahrimu Tasyabbuhin Nisa’ bir Rijal (Haramnya Wanita Menyerupai Laki-Laki), dan beliau membawakannya kembali dalam kitab Al-Libas, bab Tahrimu Tasyabbuhir Rijal bin Nisa’ wa Tasyabbuhin Nisa’ bir Rijal (Haramnya Laki-Laki Menyerupai Wanita dan Wanita Menyerupai Laki-Laki) (4/314).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam masalah laki-laki menyerupai wanita ini, Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan laki-laki dan perempuan di mana masing-masingnya Dia berikan keistimewaan. Laki-laki berbeda dengan wanita dalam penciptaan, watak, kekuatan, agama dan selainnya. Wanita demikian pula berbeda dengan laki-laki. Siapa yang berusaha menjadikan laki-laki seperti wanita atau wanita seperti laki-laki, berarti ia telah menentang Allah dalam qudrah dan syariat-Nya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki hikmah dalam apa yang diciptakan dan disyariatkan-Nya. Karena inilah terdapat nash-nash yang berisi ancaman keras berupa laknat, yang berarti diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah, bagi laki-laki yang menyerupai (tasyabbuh) dengan wanita atau wanita yang tasyabbuh dengan laki-laki. Maka siapa di antara laki-laki yang tasyabbuh dengan wanita, berarti ia terlaknat melalui lisan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula sebaliknya….” (Syarah Riyadhish Shalihin, 4/288)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan hikmah dilaknatnya laki-laki yang tasyabbuh dengan wanita dan sebaliknya, wanita tasyabbuh dengan laki-laki, adalah karena mereka keluar/menyimpang dari sifat yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan untuk mereka. (Fathul Bari, 10/345-346)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Apabila seorang laki-laki tasyabbuh dengan wanita dalam berpakaian, terlebih lagi bila pakaian itu diharamkan seperti sutera dan emas, atau ia tasyabbuh dengan wanita dalam berbicara sehingga ia berbicara bukan dengan gaya/ cara seorang lelaki (bahkan) seakan-akan yang berbicara adalah seorang wanita, atau ia tasyabbuh dengan wanita dalam cara berjalannya atau perkara lainnya yang merupakan kekhususan wanita, maka laki-laki seperti ini terlaknat melalui lisan makhluk termulia (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen.). Dan kita pun melaknat orang yang dilaknat oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Syarah Riyadhish Shalihin, 4/288)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perbuatan menyerupai lawan jenis secara sengaja haram hukumnya dengan kesepakatan yang ada (Fathul Bari, 9/406) dan termasuk dosa besar, karena Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu dan selainnya mengatakan: “Dosa besar adalah semua perbuatan maksiat yang ditetapkan hukum had-nya di dunia atau diberikan ancaman di akhirat.” Syaikhul Islam menambahkan: “Atau disebutkan ancaman berupa ditiadakannya keimanan (bagi pelakunya), laknat9, atau semisalnya.” (Mukhtashar Kitab Al-Kabair, Al-Imam Adz-Dzahabi, hal. 7)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullahu memasukkan perbuatan ini sebagai salah satu perbuatan dosa besar dalam kitab beliau yang masyhur Al-Kabair, hal. 145.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun sanksi/hukuman yang diberikan kepada pelaku perbuatan ini adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِيْنِ مِنَ الرِّجاَلِ، وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّساَءِ، وَقاَلَ: أَخْرِجُوْهُمْ مِنْ بُيُوْتِكُمْ. قاَلَ: فَأَخْرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فُلاَناً وَأَخْرَجَ عُمَرُ فُلاَنَةً</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita (mukhannats) dan wanita yang menyerupai laki-laki (mutarajjilah10). Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Keluarkan mereka (usir) dari rumah-rumah kalian”. Ibnu Abbas berkata: “Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengeluarkan Fulan (seorang mukhannats) dan Umar mengeluarkan Fulanah (seorang mutarajjilah).” (HR. Al-Bukhari no. 5886)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits ini menunjukkan disyariatkannya mengusir setiap orang yang akan menimbulkan gangguan terhadap manusia dari tempatnya sampai dia mau kembali dengan meninggalkan perbuatan tersebut atau mau bertaubat. (Fathul Bari, 10/347)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka harus diusir dari rumah-rumah dan daerah kalian, kata Al-Qari. (‘Aunul Ma’bud, 13/189)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menyatakan: Ulama berkata: “Dikeluarkan dan diusirnya mukhannats ada tiga makna:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satunya, sebagaimana tersebut dalam hadits yaitu mukhannats ini disangka termasuk laki-laki yang tidak punya syahwat terhadap wanita tapi ternyata ia punya syahwat namun menyembunyikannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua: ia menggambarkan wanita, keindahan-keindahan mereka dan aurat mereka di hadapan laki-laki sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang seorang wanita menggambarkan keindahan wanita lain di hadapan suaminya, lalu bagaimana bila hal itu dilakukan seorang lelaki di hadapan lelaki?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga: tampak bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari mukhannats ini bahwa dia mencermati (memperhatikan dengan seksama) tubuh dan aurat wanita dengan apa yang tidak dicermati oleh kebanyakan wanita. Terlebih lagi disebutkan dalam hadits selain riwayat Muslim bahwa si mukhannats ini mensifatkan/ menggambarkan wanita dengan detail sampai-sampai ia menggambarkan kemaluan wanita dan sekitarnya, wallahu a’lam.” (Syarah Shahih Muslim, 14/164)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bila penyerupaan tersebut belum sampai pada tingkatan perbuatan keji yang besar seperti si mukhannats berbuat mesum (liwath/homoseks) dengan sesama lelaki sehingga lelaki itu ‘mendatanginya’ pada duburnya atau si mutarajjilah berbuat mesum (lesbi) dengan sesama wanita sehingga keduanya saling menggosokkan kemaluannya, maka mereka hanya mendapatkan laknat dan diusir seperti yang tersebut dalam hadits di atas. Namun bila sampai pada tingkatan demikian, mereka tidak hanya pantas mendapatkan laknat tapi juga hukuman yang setimpal11. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengeluarkan mukhannats dari rumah-rumah kaum muslimin agar perbuatan tasyabbuhnya (dengan wanita) itu tidak mengantarkannya untuk melakukan perbuatan yang mungkar tersebut (melakukan homoseks)12. Demikian dikatakan Ibnu At-Tin rahimahullahu seperti dinukil Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu (Fathul Bari, 10/345).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini, fuqaha terbagi dua pendapat:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama: mukhannats dihukumi sama dengan laki-laki jantan yang berselera terhadap wanita. Demikian pendapat madzhab Al-Hanafiyyah terhadap mukhannats yang bersengaja tasyabbuh dengan wanita padahal memungkinkan bagi dirinya untuk merubah sifat kewanita-wanitaannya tersebut. Sebagian Al-Hanafiyyah juga memasukkan mukhannats yang tasyabbuh dengan wanita karena asal penciptaannya walaupun ia tidak berselera dengan wanita, demikian pula pendapat Asy-Syafi’iyyah. Adapun madzhab Al-Hanabilah berpandangan bahwa mukhannats yang memiliki syahwat terhadap wanita dan mengetahui perkara wanita maka hukumnya sama dengan laki-laki jantan (tidak kewanita-wanitaan) bila memandang wanita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalil yang dipegangi oleh pendapat pertama ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ أَبْصاَرِهِمْ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Katakanlah kepada kaum mukminin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka….” (An-Nur: 30)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun dalil yang mereka pegangi dari As Sunnah adalah hadits Ummu Salamah dan hadits Aisyah radhiallahu ‘anhuma tentang mukhannats yang menggambarkan tubuh seorang wanita di hadapan laki-laki sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mukhannats ini masuk menemui istri-istri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua: mereka berpandangan bahwa mukhannats yang tasyabbuh dengan wanita karena memang asal penciptaannya demikian (tidak bersengaja tasyabbuh dengan wanita) dan ia tidak berselera/ bersyahwat dengan wanita, bila ia memandang wanita ajnabiyyah maka hukumnya sama dengan hukum seorang lelaki bila memandang mahram-mahramnya. Sebagian Al-Hanafiyyah berpendapat boleh membiarkan mukhannats yang demikian bersama para wanita. Namun si wanita hanya boleh menampakkan tubuhnya sebatas yang dibolehkan baginya untuk menampakkannya di hadapan mahram-mahramnya dan si mukhannats sendiri boleh memandang wanita sebatas yang diperkenankan bagi seorang lelaki untuk memandang wanita yang merupakan mahramnya. Demikian yang terkandung dari pendapat Al-Imam Malik rahimahullahu dan pendapat Al-Hanabilah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalil mereka adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
أَوِ التَّابِعِيْنَ غَيْرِ أُوْلِي اْلإِرْبَةِ مِنَ الرِّجاَلِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“atau laki-laki yang mengikuti kalian yang tidak punya syahwat terhadap wanita.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara ulama salaf ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
غَيْرِ أُوْلِي اْلإِرْبَةِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(yang tidak punya syahwat terhadap wanita) adalah mukhannats yang tidak berdiri kemaluannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari As Sunnah, mereka berdalil dengan hadits Aisyah radhiallahu ‘anha (yang juga menjadi dalil pendapat pertama). Dalam hadits Aisyah ini diketahui bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada awalnya membolehkan mukhannats masuk menemui istri-istri beliau karena menyangka ia termasuk laki-laki yang tidak bersyahwat terhadap wanita. Namun ketika beliau mendengar mukhannats ini tahu keadaan wanita dan sifat mereka, beliau pun melarangnya masuk menemui istri-istri beliau karena ternyata ia termasuk laki-laki yang berselera dengan wanita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah pendapat yang rajih, insya Allah Subhanahu wa Ta’ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun bila si mukhannats punya syahwat terhadap wanita, maka hukumnya sama dengan laki-laki jantan yang memandang wanita ajnabiyyah. (Fiqhun Nazhar, hal. 172-176)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1 Seperti pendapat Mujahid rahimahullahu (Tafsir Ibnu Katsir, 5/402)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2 Kata ‘Ikrimah rahimahullahu: “Dia adalah mukhannats yang tidak bisa berdiri dzakarnya. (Tafsir Ibnu Katsir, 5/402). Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan: “Dia adalah laki-laki yang tidak memiliki syahwat terhadap wanita.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3 Yakni dengan empat lekukan pada perutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4 Ujung lekukan itu sampai ke pinggangnya, pada masing-masing sisi (pinggang) empat sehingga dari belakang terlihat seperti delapan. Al-Khaththabi rahimahullahu menjelaskan: “Mukhannats ini hendak mensifatkan putri Ghailan itu besar badannya, di mana pada perutnya ada empat lipatan dan yang demikian itu tidaklah didapatkan kecuali pada wanita-wanita yang gemuk. Secara umum, laki-laki biasanya senang dengan wanita yang demikian sifatnya.” (Fathul Bari, 9/405)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5 Thaif adalah negeri besar terletak di sebelah timur Makkah sejarak 2-3 hari perjalanan. Negeri ini terkenal memiliki banyak pohon anggur dan kurma (Fathul Bari, 8/54-55). Ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengepung Thaif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6 Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi salah seorang tokoh/ pemimpin Bani Tsaqif, yang mendiami Thaif. Pada akhirnya ia masuk Islam dan ketika itu ia memiliki 10 istri, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk memilih 4 di antaranya dan menceraikan yang lainnya. (Fathul Bari, 9/405)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7 Hadits-hadits seperti ini diberi judul oleh Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu, dalam syarahnya terhadap Shahih Muslim, bab Larangan bagi mukhannats untuk masuk menemui wanita-wanita ajnabiyyah (bukan mahramnya dengan tanpa hijab, pen.)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8 Tidak termasuk laki-laki yang disebutkan dalam ayat:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
أَوِ التَّابِعِيْنَ غَيْرِ أُوْلِي اْلإِرْبَةِ مِنَ الرِّجاَلِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Atau laki-laki yang mengikuti kalian yang tidak punya syahwat terhadap wanita.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
9 Dan dalam hal ini terdapat hadits yang berisi laknat bagi laki-laki yang menyerupai wanita dan sebaliknya, wanita menyerupai laki-laki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10 Al-Mutarajjilah yaitu wanita yang menyerupai laki-laki dalam hal pakaian, penampilan, cara berjalan, mengangkat suara (cara bicara), dan semisalnya. Bukan penyerupaan dalam pendapat/ pikiran/ pertimbangan, dan ilmu. Karena menyerupai laki-laki dalam masalah ini adalah terpuji, sebagaimana diriwayatkan bahwa pendapat/ pikiran/ pertimbangan Aisyah radhiallahu ‘anha seperti laki-laki. (‘Aunul Ma’bud, 13/189)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
11 Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu berkata: “Ulama berselisih pendapat tentang hukuman bagi orang yang berbuat liwath. Yang paling shahih dari pendapat yang ada, hukumannya dibunuh, baik subyeknya (fa’il) maupun obyeknya (maf’ul) bila keduanya telah baligh.” (Ijabatus Sail, hal. 362)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
12 Para mukhannats yang ada di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka tidaklah tertuduh melakukan perbuatan keji yang besar, hanya saja kewanita-wanitaan mereka tampak dari ucapan mereka yang lunak/ lembut mendayu, mereka memacari tangan dan kaki mereka seperti halnya wanita, dan berkelakar seperti kelakarnya wanita. (‘Aunul Ma’bud, 13/189)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-63569825991823568272016-04-19T01:08:00.001-07:002016-04-19T01:09:16.650-07:00Hukum Laki-laki Dan Perempuan Yang Memakai Rambut Palsu Dan Cemara<div style="text-align: justify;">
Hukum memakai rambut palsu adalah haram. Dan yang biasa digunakan ialah wig dan sanggul palsu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak dahulu lagi, para ulama telah membicarakan tentang pengharaman memakai rambut palsu. Walaupun dengan memakai rambut palsu wanita dapat menutup kepala yakni aurat tetapi hukumnya tetap haram. Apatah lagi di zaman sekarang wanita memakainya untuk kemegahan dan dipertontonkan.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQumlmYGhjusyGgNmxzYnvfg7gm8Dsv1ZcYxgEaaI7QN09TSMku6CVzYYaxPenTsTZ1yRmqQdOUXGx0NCWAJtRvT9F5dAjpiy7f6rEgPK-K5w7WW5qAuUajtVnxo4T2jmf3M7Lpij6MV8/s1600/rambut+palsu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="264" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQumlmYGhjusyGgNmxzYnvfg7gm8Dsv1ZcYxgEaaI7QN09TSMku6CVzYYaxPenTsTZ1yRmqQdOUXGx0NCWAJtRvT9F5dAjpiy7f6rEgPK-K5w7WW5qAuUajtVnxo4T2jmf3M7Lpij6MV8/s320/rambut+palsu.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah seorang wanita datang kepada Rasulullah SAW lalu bertanya: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai seorang anak gadis yang akan menjadi pengantin. Beliau terkena penyakit campak sampai rambutnya jarang akibat gugur. Bolehkah saya menyambungnya dengan cemara?" Namun jawab Rasulullah: "Allah mengutuk wanita yang memasang cemara dan minta dipasangkan cemara." </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pandangan Iman Malik, para ulama Mazhab Hanafi dan banyak lagi yang lain memakai rambut palsu itu adalah dilarang baik dengan menggunakan rambut, wol ataupun carikan kain. Jabir r.a. pernah meriwayatkan: "Rasulullah SAW melarang wanita menyambung rambut kepalanya dengan apapun juga."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut para Ulama Syafi'i, kalau perempuan itu menyambung rambutnya dengan rambut manusia, hukumnya haram. Kerana rambut manusia termasuk dalam cakupan umum dari hadis-hadis mengenai ini. Dan juga kerana memanfaatkan rambut manusia memang diharamkan, demi kehormatan dan kemuliaan manusia itu sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi jika rambut itu bukan dari jenis rambut manusi seperti bulu kambing biri-biri, bulu unta dan lain-lain maka masalah ini boleh dijelaskan melalui dua cara:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
a) Sekiranya bulu itu najis, maka hukumnya adalah haram.</div>
<div style="text-align: justify;">
b) Sekiranya bulu itu bersih, maka dilihat sama ada perempuan itu sudah bersuami atau belum. Jika sudah bersuami, hukumnya berdasarkan tiga pendapat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Halal perbuatannya jika diizinkan oleh suaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Haram perbuatannya walaupun suami memberikan keizinannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Halal secara mutlak tanpa memerlukan keizinan suami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di kalangan mazhab Syafii, pendapat yang pertama adalah lebih kukuh. Selain dari itu Islam sememangnya tidak membenarkan perempuan membuka rambutnya. Adapun selain itu tidaklah haram terutamanya untuk tujuan perhiasan bagi mencantikkan diri di hadapan suami.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-80833927965453942842016-04-19T01:03:00.000-07:002016-04-19T01:03:08.648-07:00Hukum Memakai Celana Panjang Bagi Wanita<div style="text-align: justify;">
Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’alla Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya serta yang mengikuti mereka hingga hari pembalasan.aplikasi konsultasi syariah</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7AJUftpjtcLZPoEStx8x9sxtoIfXoOerTh4FEE6iwTNEUqyCe9teZVxA-SXlJQflgUyB8hSXVJBeEHau_LKKoRCdnfQgwBNFArWr6uRd2nRS0WmdMZp1FL98ysLjB6X0FMbvjyv_GcXI/s1600/celana+panjang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7AJUftpjtcLZPoEStx8x9sxtoIfXoOerTh4FEE6iwTNEUqyCe9teZVxA-SXlJQflgUyB8hSXVJBeEHau_LKKoRCdnfQgwBNFArWr6uRd2nRS0WmdMZp1FL98ysLjB6X0FMbvjyv_GcXI/s320/celana+panjang.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum menjawab pernyataan ini, saya memberi nasehat kepada laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menjadi pemimpin bagi orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya, seperti anak laki-laki dan wanita, istri, saudari dan selain mereka. Hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata’alla dalam kepemimpinan ini. Hendaklah mereka tidak melepaskan tali ikatan kepada wanita, yang Nabi Muhammad salallahu’alihi wassalam bersabda pada diri mereka:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
قال رسول الله : (ماَ رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِيْنٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ )</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah salallahu’alihi wassalam bersabda: “Aku tidak melihat dari wanita-wanita yang kurang akal dan agama yang lebih mempengaruhi bagi hati laki-laki yang bijaksana selain dari salah seorang dari kalian.” [HR. Al-Bukhari 304, 1462 dan Muslim 79]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan saya berpendapat agar kaum muslimin jangan berjalan mengikuti mode ini, berupa berbagai jenis pakaian yang muncul dan banyak dijumpai yang diadaptasi dari trend mode budaya barat, dan kebanyakan darinya tidak sesuai dengan pakaian islami yang harus menutup semua tubuh wanita, seperti pakaian-pakaian pendek, ketat atau tipis. Termasuk di antaranya adalah celana panjang, sesungguhnya ia menggambarkan bentuk kaki wanita, demikian pula perut, pinggang, kedua payudaranya dan bentuk dari anggota tubuh lainnya. Maka memakainya termasuk dalam hadits Nabi Muhammad salallahu’alihi wassalam:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
قال رسول الله : (صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا: قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ, وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ, مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ, رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ, لاَيَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَيَجِدْنَ رِيْحَهَا, وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah bersabda: ‘Ada dua golongan penghuni neraka yang belum aku lihat: Orang-orang yang memiliki cemeti seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukul manusia. Dan wanita yang berpakaian seperti telanjang, berlenggang-lenggok dan menggoyang-goyangkan pundaknya, kepala mereka seperti punuk unta yang bergoyang-goyang. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium aromanya, dan sesungguhnya aromanya bisa tercium dari jarak seperti ini dan seperti ini.” [HR. Muslim 2128.]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nasehat saya bagi laki-laki dan wanita yang beriman: hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata’alla, bersungguh-sungguh memakai pakaian islami yang menutup tubuh dan janganlah mereka menyia-nyiakan harta mereka untuk mengoleksi seperti pakaian ini. Wallahul muwaffiq.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh, alasan mereka bahwa celana panjang ini lebar dan luas, di mana sudah menutup (semua tubuh)?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekalipun luas dan lebar karena membedakan engkau dari laki-laki yang cenderung tidak menutup rapat. Kemudian, dikhawatirkan juga termasuk wanita yang menyerupai laki-laki karena celana panjang termasuk pakaian laki-laki.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-87329635924751185972016-04-17T05:56:00.003-07:002016-04-17T05:56:38.909-07:00Hukum Laki - Laki Memakai Emas dan Sutera<div style="text-align: justify;">
Emas dan sutera merupakan benda yang sangat digemari terutama oleh kaum wanita karena menawarkan kemewahan bagi yang memakainya. Tidak hanya wanita, laki-laki pun juga memakainya. Sebagai contoh, banyak dari mereka yang dengan bangganya memamerkan cincin yang mana cincin tersebut terbuat dari emas. Sutera pun juga dipakai oleh laki-laki maupun perempuan. Sekarang sudah lazim kita lihat pria memakai cincin yang terbuat dari emas dan perak, begitu juga sutera. Mereka tidak tahu atau mungkin juga tidak peduli dengan hukum memakai emas, perak maupun kain sutera bagi pria menurut Islam.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp1EFij8-mBUNemARVTG8kGQFVSxnub-nw0-nli_GXPwh6PgJ9ZrAoeI3QNlmUOUxAFGGC1bHsExJ1htE_poA-4KY0EcvIKcZg0_CP-oQpbg-B-BGAUXgtv_8d_JAFDx6zgdzOv_HuCPs/s1600/Laki+-+Laki+Memakai+Emas.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="230" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp1EFij8-mBUNemARVTG8kGQFVSxnub-nw0-nli_GXPwh6PgJ9ZrAoeI3QNlmUOUxAFGGC1bHsExJ1htE_poA-4KY0EcvIKcZg0_CP-oQpbg-B-BGAUXgtv_8d_JAFDx6zgdzOv_HuCPs/s320/Laki+-+Laki+Memakai+Emas.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya bagaimanakah hukum memakai emas dan kain sutera bagi laki-laki dalam Islam?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Dalil-Dalil</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Ibnu Abbaas RA, “Rasulullah SAW pernah melihat laki laki memakai cincin emas, kemudian beliau menanggalkannya dan membuangnya, Lalu beliau bersabda “Apakah salah seorang dari kalian berani mengambil bara dari neraka dan memakainya?“</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Abdullah Bin Zurair Al Khofiqy, beliau berkata: aku mendengar dari Alli RA mengatakan: “Rasulullah mengambil emas dengan tangan kanannya dan mengambil sutra dengan tangan kirinya, lalu beliau mengangkat keduanya dengan kedua tangan beliau, lalu beliau bersabda: “Ini (emas dan sutra adalah haram atas laki laki dari umatku“.” [HR. Ahmad, Abu Dawud, dan An Nasa’i]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Abi Musa RA, bahwasannya beliau bersabda: “Telah diharamkan memakai sutra dan emas bagi laki laki dari umatku, dan dihalalkan bagi wanitanya.” [HR. At Turmudzi dengan sanad hasan, Shahih].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Anas Bin Malik: “Nabi SAW pernah menulis atau berkeinginan menulis, maka dikatakan pada beliau: “Mereka tidak mau membaca kitab kecuali ada capnya”. Maka beliau mengambil cincin dari perak yang ada ukirannya bertuliskan Muhammad Rasulullah, seakan akan aku melihat cahaya putih di tangan beliau.” [HR. Al Bukhari 65 dan Muslim 2090].</div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits-hadits di atas adalah dalil yang mengharamkan laki laki memakai emas dan sutera, dan diperbolehkannya laki-laki memakai cincin dari perak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pendapat para ulama.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Al-Mubarakfuri berkata: “Sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: “Telah diharamkan pakaian sutera dan emas atas kaum laki laki dari umatkau”, berlaku bagi kaum laki laki termasuk bayi laki-laki, karena keumuman hadits tersebut. Dalam kitab Al Muntaqo (2/90) disebutkan bahwa perak diperbolehkan bagi pria dalam masalah pedang, cincin dah Mushaf.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam An-Nawawi berkata bahwa memakai cincin emas adalah haram bagi laki-laki menurut Ijma’ (kesepakatan) para Ulama. Begitu juga bila sebagiannya dari perak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan Ashabu As Syafi’i berkata: “Jika mata cincin terbuat dari emas walaupun sedikit, maka ini juga haram berdasarkan keumuman hadits yang ada (Rasulullah SAW melarang memakai cincin dari emas).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab Fathul Mu’in menjelaskan bahwa hukum memakai sutera bagi laki-laki tidak selamanya haram, seperti memakai sarung yang kainnya terbuat dari bahan sutera dan di campur dengan bahan kain biasa. Apabila bahan dari kain biasa lebih banyak dari kain yang berbahan sutera, maka diperbolehkan bagi lelaki untuk memakainya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kesimpulan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari hadits dan keterangan para ulama di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum memakai emas bagi pria, entah itu berupa cincin atau lainnya adalah haram, dan memakai perak bagi laki-laki adalah diperbolehkan dalam masalah cincin, pedang dan Mushaf. Sedangkan masalah memakai sutera bagi pria adalah haram, kecuali jika sutera itu di campur dengan bahan kain lain dan campurannya lebih banyak bahan kain lain daripada kain sutera itu sendiri.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-58979946856558432762016-04-17T05:49:00.002-07:002016-04-17T05:49:21.001-07:00Hukum Isbal (Memakai Celana Yang Melebihi Mata Kaki)<div style="text-align: justify;">
Mungkin sebagian orang sering menemukan di sekitarnya orang-orang yang celananya di atas mata kaki (cingkrang). Bahkan ada yang mencemoohnya dengan menggelarinya sebagai ‘celana kebanjiran’. Pembahasan kali ini insya Allah akan sedikit membahas mengenai cara berpakaian seperti ini apakah memang pakaian ini merupakan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau bukan.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguQpo7XVWBYysPnOjAsnk84Gyw-yvOj-kSwYCif-OAXMU9F8c7sErNMtdR14hU3oWJt662MTHbksWN_OHrzsUG1mWRPKuybWu5sYtE9VAoeqYPrwp3pRzp2EKVEiPNq3GJ9dXwdV3VG9E/s1600/Isbal+%2528Memakai+Kain+yg+Melebihi+Mata+Kaki+dg+Tujuan+Sombong%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="136" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguQpo7XVWBYysPnOjAsnk84Gyw-yvOj-kSwYCif-OAXMU9F8c7sErNMtdR14hU3oWJt662MTHbksWN_OHrzsUG1mWRPKuybWu5sYtE9VAoeqYPrwp3pRzp2EKVEiPNq3GJ9dXwdV3VG9E/s320/Isbal+%2528Memakai+Kain+yg+Melebihi+Mata+Kaki+dg+Tujuan+Sombong%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Penampilan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Celana Setengah Betis</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Perlu diketahui bahwasanya celana di atas mata kaki adalah sunnah dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini dikhususkan bagi laki-laki, sedangkan wanita diperintahkan untuk menutup telapak kakinya. Kita dapat melihat bahwa pakaian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di atas mata kaki sebagaimana dalam keseharian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Al Asy’ats bin Sulaim, ia berkata :</div>
<div style="text-align: justify;">
سَمِعْتُ عَمَّتِي ، تُحَدِّثُ عَنْ عَمِّهَا قَالَ : بَيْنَا أَنَا أَمْشِي بِالمَدِيْنَةِ ، إِذَا إِنْسَانٌ خَلْفِي يَقُوْلُ : « اِرْفَعْ إِزَارَكَ ، فَإِنَّهُ أَنْقَى» فَإِذَا هُوَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّمَا هِيَ بُرْدَةٌ مَلْحَاءُ) قَالَ : « أَمَّا لَكَ فِيَّ أُسْوَةٌ ؟ » فَنَظَرْتُ فَإِذَا إِزَارَهُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pernah mendengar bibi saya menceritakan dari pamannya yang berkata, “Ketika saya sedang berjalan di kota Al Madinah, tiba-tiba seorang laki-laki di belakangku berkata, ’Angkat kainmu, karena itu akan lebih bersih.’ Ternyata orang yang berbicara itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata,”Sesungguhnya yang kukenakan ini tak lebih hanyalah burdah yang bergaris-garis hitam dan putih”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau tidak menjadikan aku sebagai teladan?” Aku melihat kain sarung beliau, ternyata ujung bawahnya di pertengahan kedua betisnya.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Muhammadiyyah, hal. 69, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Hudzaifah bin Al Yaman, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang salah satu atau kedua betisnya. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
هَذَا مَوْضِعُ الإِزَارِ فَإِنْ أَبِيْتَ فَأَسْفَلَ فَإِنْ أَبِيْتَ فَلاَ حَقَّ لِلإِْزَارِ فِي الْكَعْبَيْنِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Di sinilah letak ujung kain. Kalau engkau tidak suka, bisa lebih rendah lagi. Kalau tidak suka juga, boleh lebih rendah lagi, akan tetapi tidak dibenarkan kain tersebut menutupi mata kaki.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, hal.70, Syaikh Al Albani berkata bahwa hadits ini shohih)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari dua hadits ini terlihat bahwa celana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di atas mata kaki sampai pertengahan betis. Boleh bagi seseorang menurunkan celananya, namun dengan syarat tidak sampai menutupi mata kaki. Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai teladan terbaik bagi kita dan bukanlah professor atau doctor atau seorang master yang dijadikan teladan. Allah Ta’ala berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab [60] : 21)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Menjulurkan Celana Hingga Di Bawah Mata Kaki</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Perhatikanlah hadits-hadits yang kami bawakan berikut ini yang sengaja kami bagi menjadi dua bagian. Hal ini sebagaimana kami ikuti dari pembagian Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’ pada Bab Satrul ‘Awrot. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama:</b> Menjulurkan celana di bawah mata kaki dengan sombong</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ</div>
<div style="text-align: justify;">
“Allah tidak akan melihat kepada orang yang menyeret pakaianya dalam keadaan sombong.” (HR. Muslim no. 5574).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
إِنَّ الَّذِى يَجُرُّ ثِيَابَهُ مِنَ الْخُيَلاَءِ لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya orang yang menyeret pakaiannya dengan sombong, Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 5576)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih banyak lafazh yang serupa dengan dua hadits di atas dalam Shohih Muslim.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat nanti, tidak dipandang, dan tidak disucikan serta bagi mereka siksaan yang pedih.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kali perkataan ini. Lalu Abu Dzar berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
خَابُوا وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mereka sangat celaka dan merugi. Siapa mereka, Ya Rasulullah?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,</div>
<div style="text-align: justify;">
الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mereka adalah orang yang isbal, orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim no. 306). Orang yang isbal (musbil) adalah orang yang menjulurkan pakaian atau celananya di bawah mata kaki. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kedua:</b> Menjulurkan celana di bawah mata kaki tanpa sombong</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِى النَّارِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kain yang berada di bawah mata kaki itu berada di neraka.” (HR. Bukhari no. 5787)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari hadits-hadits di atas terdapat dua bentuk menjulurkan celana dan masing-masing memiliki konsekuensi yang berbeda. Kasus yang pertama -sebagaimana terdapat dalam hadits Ibnu Umar di atas- yaitu menjulurkan celana di bawah mata kaki (isbal) dengan sombong. Hukuman untuk kasus pertama ini sangat berat yaitu Allah tidak akan berbicara dengannya, juga tidak akan melihatnya dan tidak akan disucikan serta baginya azab (siksaan) yang pedih. Bentuk pertama ini termasuk dosa besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kasus yang kedua adalah apabila seseorang menjulurkan celananya tanpa sombong. Maka ini juga dikhawatirkan termasuk dosa besar karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam perbuatan semacam ini dengan neraka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perhatikan bahwasanya hukum di antara dua kasus ini berbeda. Tidak bisa kita membawa hadits muthlaq dari Abu Huroiroh pada kasus kedua ke hadits muqoyyad dari Ibnu Umar pada kasus pertama karena hukum masing-masing berbeda. Bahkan ada sebuah hadits dari Abu Sa’id Al Khudri yang menjelaskan dua kasus ini sekaligus dan membedakan hukum masing-masing. Lihatlah hadits yang dimaksud sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِزْرَةُ الْمُسْلِمِ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ وَلاَ حَرَجَ – أَوْ لاَ جُنَاحَ – فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِى النَّارِ مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pakaian seorang muslim adalah hingga setengah betis. Tidaklah mengapa jika diturunkan antara setengah betis dan dua mata kaki. Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti).” (HR. Abu Daud no. 4095. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Al Jami’ Ash Shogir, 921)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kita perhatikan dalam hadits ini, terlihat bahwa hukum untuk kasus pertama dan kedua berbeda. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa jika menjulurkan celana tanpa sombong maka hukumnya makruh karena menganggap bahwa hadits Abu Huroiroh pada kasus kedua dapat dibawa ke hadits Ibnu Umar pada kasus pertama. Maka berarti yang dimaksudkan dengan menjulurkan celana di bawah mata kaki sehingga mendapat ancaman (siksaan) adalah yang menjulurkan celananya dengan sombong. Jika tidak dilakukan dengan sombong, hukumnya makruh. Hal inilah yang dipilih oleh An Nawawi dalam Syarh Muslim dan Riyadhus Shalihin, juga merupakan pendapat Imam Syafi’i serta pendapat ini juga dipilih oleh Syaikh Abdullah Ali Bassam di Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom -semoga Allah merahmati mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, pendapat ini kurang tepat. Jika kita melihat dari hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwa hukum masing-masing kasus berbeda. Jika hal ini dilakukan dengan sombong, hukumannya sendiri. Jika dilakukan tidak dengan sombong, maka kembali ke hadits mutlak yang menunjukkan adanya ancaman neraka. Bahkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri dibedakan hukum di antara dua kasus ini. Perhatikan baik-baik hadits Abu Sa’id di atas: Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti). Jadi, yang menjulurkan celana dengan sombong ataupun tidak, tetap mendapatkan hukuman. Wallahu a’lam bish showab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Catatan:</b> Perlu kami tambahkan bahwa para ulama yang menyatakan makruh seperti An Nawawi dan lainnya, mereka tidak pernah menyatakan bahwa hukum isbal adalah boleh kalau tidak dengan sombong. Mohon, jangan disalahpahami maksud ulama yang mengatakan demikian. Ingatlah bahwa para ulama tersebut hanya menyatakan makruh dan bukan menyatakan boleh berisbal. Ini yang banyak salah dipahami oleh sebagian orang yang mengikuti pendapat mereka. Maka hendaklah perkara makruh itu dijauhi, jika memang kita masih memilih pendapat yang lemah tersebut. Janganlah terus-menerus dalam melakukan yang makruh. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sedikit Kerancuan, Abu Bakar Pernah Menjulurkan Celana Hingga di Bawah Mata Kaki</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana jika ada yang berdalil dengan perbuatan Abu Bakr di mana Abu Bakr dahulu pernah menjulurkan celana hingga di bawah mata kaki?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah mendapat pertanyaan semacam ini, lalu beliau memberikan jawaban sebagai berikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun yang berdalil dengan hadits Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, maka kami katakan tidak ada baginya hujjah (pembela atau dalil) ditinjau dari dua sisi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama,</b> Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ”Sesungguhnya salah satu ujung sarungku biasa melorot kecuali jika aku menjaga dengan seksama.” Maka ini bukan berarti dia melorotkan (menjulurkan) sarungnya karena kemauan dia. Namun sarungnya tersebut melorot dan selalu dijaga. Orang-orang yang isbal (menjulurkan celana hingga di bawah mata kaki, pen) biasa menganggap bahwa mereka tidaklah menjulurkan pakaian mereka karena maksud sombong. Kami katakan kepada orang semacam ini : Jika kalian maksudkan menjulurkan celana hingga berada di bawah mata kaki tanpa bermaksud sombong, maka bagian yang melorot tersebut akan disiksa di neraka. Namun jika kalian menjulurkan celana tersebut dengan sombong, maka kalian akan disiksa dengan azab (siksaan) yang lebih pedih daripada itu yaitu Allah tidak akan berbicara dengan kalian pada hari kiamat, tidak akan melihat kalian, tidak akan mensucikan kalian dan bagi kalian siksaan yang pedih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kedua,</b> Sesungguhnya Abu Bakr sudah diberi tazkiyah (rekomendasi atau penilaian baik) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sudah diakui bahwa Abu Bakr tidaklah melakukannya karena sombong. Lalu apakah di antara mereka yang berperilaku seperti di atas (dengan menjulurkan celana dan tidak bermaksud sombong, pen) sudah mendapatkan tazkiyah dan syahadah (rekomendasi)?! Akan tetapi syaithon membuka jalan untuk sebagian orang agar mengikuti ayat atau hadits yang samar (dalam pandangan mereka, pen) lalu ayat atau hadits tersebut digunakan untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. Allah-llah yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus kepada siapa yang Allah kehendaki. Kita memohon kepada Allah agar mendapatkan petunjuk dan ampunan. (Lihat Fatawal Aqidah wa Arkanil Islam, Darul Aqidah, hal. 547-548).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Marilah Mengagungkan dan Melaksanakan Ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Ta’ala berfirman,</div>
<div style="text-align: justify;">
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ</div>
<div style="text-align: justify;">
“Barangsiapa yang menta’ati Rasul, sesungguhnya ia telah menta’ati Allah.” (QS. An Nisa’ [4] : 80)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An Nur [24] : 63)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan jika kamu ta’at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (QS. An Nur [24] : 54)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini juga dapat dilihat dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu seolah-olah inilah nasehat terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati para sahabat radhiyallahu ‘anhum,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ</div>
<div style="text-align: justify;">
“Berpegangteguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”Aku tidaklah biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (Lihat Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sahabat Sangat Perhatian dengan Masalah Celana</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai penutup dari pembahasan ini, kami akan membawakan sebuah kisah yang menceritakan sangat perhatiannya salaf (shahabat) dengan masalah celana di atas mata kaki, sampai-sampai di ujung kematian masih memperingatkan hal ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam shohih Bukhari dan shohih Ibnu Hibban, dikisahkan mengenai kematian Umar bin Al Khaththab setelah dibunuh seseorang ketika shalat. Lalu orang-orang mendatanginya di saat menjelang kematiannya. Lalu datanglah pula seorang pemuda. Setelah Umar ngobrol sebentar dengannya, ketika dia beranjak pergi, terlihat pakaiannya menyeret tanah (dalam keadaan isbal). Lalu Umar berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
رُدُّوا عَلَىَّ الْغُلاَمَ</div>
<div style="text-align: justify;">
“Panggil pemuda tadi!” Lalu Umar berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ابْنَ أَخِى ارْفَعْ ثَوْبَكَ ، فَإِنَّهُ أَبْقَى لِثَوْبِكَ وَأَتْقَى لِرَبِّكَ ،</div>
<div style="text-align: justify;">
“Wahai anak saudaraku. Tinggikanlah pakaianmu! Sesungguhnya itu akan lebih mengawetkan pakaianmu dan akan lebih bertakwa kepada Rabbmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, masalah isbal (celana menyeret tanah) adalah perkara yang amat penting. Jika ada yang mengatakan ‘kok masalah celana saja dipermasalahkan?’ Maka cukup kisah ini sebagai jawabannya.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-41446971932246849942016-04-17T05:33:00.001-07:002016-04-17T05:49:36.848-07:00Larangan Berbisik Bagi Dua Orang Dengan Tidak Menyertakan Orang Yang Ketiga<div style="text-align: justify;">
Yaitu dua orang yang berbicara dengan sangat rahasia. Juga termasuk kategori ini adalah jika dua orang berbicara dengan bahasa yang tidak difahami oleh oleh orang ketiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah ta'ala berfirman (QS.Al-Mujadalah : 10)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَعَنِ ابنِ عُمَر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِِذََا كَانُوا ثَلَاثَةٌ فَلَايَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الثَّالِث". متفق عليه.<br />
<a name='more'></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy2jtecQZ_UppkT6n10nHPjd8-Wus4pY_vuFWekNR-VMxhFdo8uvTRRhu7tnHXlfNXXxwIBZCZ63tUUXxc0WtP284NDWM5RPYtVJT-_vOaaVitvPAA3Xalz6qoqODLEfHFgG4Iq9OKllw/s1600/berbisik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy2jtecQZ_UppkT6n10nHPjd8-Wus4pY_vuFWekNR-VMxhFdo8uvTRRhu7tnHXlfNXXxwIBZCZ63tUUXxc0WtP284NDWM5RPYtVJT-_vOaaVitvPAA3Xalz6qoqODLEfHFgG4Iq9OKllw/s320/berbisik.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Apabila berkumpul tiga orang maka janganlah dua orang di atara mereka itu berbisik-bisik tanpa menyertakan orang ke tiga. (HR.Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Abu Daud dan ia menambahkan bahwasanya Abu Shalih bertanya kepada Ibnu Umar, "Bagaimana kalau ada empat orang ?" Ibnu Umar menjawab, "Tidak apa-apa". Di dalam kitab Al-Muwattha, Imam Malik meriwayatkan hadits ini Abdullah Bin Dinar yang mana ia berkata, "Saya bersama-sama dengan Ibnu Umar berada di rumah Khalid bin Ukbah yang sedang berada di pasar, kemudian ada orang yang bermaksud untuk berbisik-bisik dengannya dan tidak ada seorang pun di dekat Ibnu Umar kecuali saya. Ibnu Umar lantas memanggil orang lain sehingga kami cukup berempat. Ibnu Umar berkata kepada saya dan kepada orang ketiga yang dipanggilnya itu, "Silahkan kalian menyisih sebentar karena saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Janganlah ada dua orang berbisik-bisik tanpa menyertakan satu orang yang lain".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَعَنِ ابنِ مَسعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَمَ قَالَ : إِذَاكُنْتُمْ ثَلَاثَة فَلَا يَتنََاجَى اثْنَانِ دُونَ الآخَرَحَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ، مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذَلِكَ يُخْزِنُهُ. متفق عليه.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Apabila kalian bertiga maka janganlah dua orang berbisik-bisik tanpa menyertakan yang lain sehingga kalian berkumpul dengan orang banyak. Karena yang demikian bisa menyebabkan orang yang tidak terlibat menjadi sedih". (HR.Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara adab yang ditekankan oleh Islam adalah seperti yang disingung oleh An-Nawawi Rahimahullah dalam kitabnya "Riyadhusshalihin" pada bab tentang larangan dua orang berbisik-bisik tanpa keikutsertaan orang ke tiga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau berhujjah dengan firman Allah ta'ala (QS.Al-Mujadalah : 10). Yakni, berbisik-bisik berasal dari Setan. Allah ta'ala menjelaskan apa yang dikehendaki oleh setan dengan bisik-bisik itu, firman-Nya (QS.Al-Mujadalah : 10). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika orang-orang mukmin melewati orang-orang musyrik maka mereka langsung berbisik-bisik, yakni berbicara dengan sangat rahasia, dengan tujuan agar orang mukmin merasa sedih dan berkata dalam hati bahwa mereka (orang-orang kafir) hendak berbuat jelek terhadap kita atau ungkapan serupa. Itu karena musuh-musuh orang mukmin dari kalangan orang munafik dan orang kafir selalu berusaha dengan berbagai hal yang dapat menyakiti dan membuat mereka sedih, Karena hal demikianlah yang dikehendaki oleh setan dari para musuh-musuh Allah ta'ala itu. Maksudnya, mereka menghendaki agar orang-orang mukmin selalu bersedih. Terhadap orang-orang yang demikian dan kepada para wali-Nya Allah brfirman, "Dan mereka tidaklah bisa memberi mereka mudharot kecuali jika Allah menghendaki". </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi siapa pun yang bertawakkal kepada Allah ta'ala maka tiada seorang pun yang bisa membahayakanya, sebagaimana yang disampaikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, "Ketahuilah bahwa jika semua manusia bersatu untuk memberimu manfaat maka pasti mereka tidak mampu memberikan manfaat kepadamu kecuali sesuai dengan apa yang telah ditentukan Allah ta'ala". jadi mereka berbisik-bisik dengan maksud orang mukmin merasa sedih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian beliau menyebutkan kedua hadits Ibnu Umar dan hadits Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhum dalam kategori ini. Dan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melarang dua orang berbisik tanpa keikutsertaan pihak ke tiga. Maksudnya jika mereka bertiga maka tidak dihalalka bagi dua orang untuk berbisik-bisik tanpa mengikutkan orang yang ke tig, karena yang ketiga akan bersedih dan berkata dalam hati, kenapa mereka tidak mengajak saya berbicara. Ini jika ia berperasangka baik kepada ke duanya. Bisa jadi ia berperasangka jelek terhadap keduanya. Tetapi jika ia berperasangka baik kepada keduanya maka ia akan berkata dalam hati, "kenapa saya tidak berharga sekali ? mereka berdua berbisik-bisik tanpa mengikutkan aku ? karenanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melarang perbuatan demikian dan tidak ada keraguan bahwa itu termasuk dalam kategori adab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika ada yang mengatakan, "Jika ada hal penting yang hendak saya sampaikan kepada sahabat saya, sementara saya ingin agar tidak ada yang mengetahui masalah itu kecuali kami berdua. Masalah khusus ?. Kami mengatakan, "Silahkan melakukan seperti apa yang pernah dilakukan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhum, panggil satu orang lain agar kalian cukup berapa ? Empat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu dua orang bisa berbisik, sedang yang lain bisa saling berbicara sebagaimana yang dilakukan Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, juga sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits "Hingga kalian bergabung bersama orang banyak", pada hadits Ibnu Mas'ud. Jika mereka berdua tela bergabung dengan orang banyak maka tidak ada masalah lagi, juga bisikan antara dua orang tanpa keterlibatan orang ke tiga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika mereka bertiga, sedang dua orang diantara mereka bisa berbahasa asing, sedang yang ke tiga tidak bisa. Lalu kedua orang tadi berbicara dengan bahasa mereka berdua, sedang yang ketiga hanya mendengar dan tidak memahami apa yang sedang mereka bicarakan maka ini sama saja dengan yang pertama, karena itu bisa membuatnya sedih. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa mereka berdua membiarkan aku dan berbicara sesama mereka saja ? atau bisa jadi ia berpersangka jelek terhadap keduanya, misalnya ada seseorang yang berbicara dengan orang lain dengan bahasa inggris, sedang yang ke tiga tidak memahaminya maka ini sama bentuknya dengan dua orang yang sedang berbisik-bisik itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang mana dengan mengeraskan suara tentu tidaklah bermakna apa-apa, maka itu terlarang pula. Jika ada yang mengatakan, "Bagaimana jika ia punya kepentingan pada saudaranya ? Kami jawab, "Hendaknya ia melakukan seperti apa yang pernah dilakukan oleh Ibnu Umar. Kalau tidak ada kemungkinan dan tida ada seorang pun yang mendatangi mereka maka ia hendaknya minta izin kepadanya. Misalnya mereka berdua mengatakan, "Apa Anda bisa mengizinkan kami berbicara sebentar ? Jika ia memberikan izin untuk mereka maka itu hak mereka. Ketika itu, ia tidak lagi merasa sedih dan tidak lagi memperhatikan pembicaraan yang terjadi. Walahu Al-Muwaffaq.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-61679366915071911232016-04-17T05:20:00.002-07:002016-04-17T05:20:42.976-07:00Larangan Memasuki Rumah Orang Tanpa Izin Dalam Islam<div style="text-align: justify;">
Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga dalam agama Islam hal-hal yang kecil juga sangat diperhatikan. Termasuk etika ketika masuk kedalam rumah orang lain. Sering kali saya menemui banyak tetangga saya yang masuk kerumah saya tanpa ijin. Padahal dalam Islam masuk rumah orang lain tanpa meminta ijin terlebih dahulu, merupakan perbuatan yang tidak diperbolehkan. Selain kita tidak diperbolehkan masuk kedalam rumah, sebelum mendapatkan ijin. Kita juga diperintahkan untuk mengucapkan salam. Salam yang dimaksud adalah ucapan salam seperti biasanya "Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabaaraakatuh" yang mempunyai arti kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah swmoga dilimpahkan kepadamu.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTgY-3uswFaTM19UAdcYmGoah0hWNE5ZYKxyN2erK_cJEMk_64-3Xy-H1kr4NrAj3HcdJr2u3GJw-AjW0aLpOjcBcX54AqMZlm9MIrpb6PUhNieM5eQ9qJKzQIIqbdkcVcTb4qsSwRvlw/s1600/Masuk+Tanpa+Ijin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTgY-3uswFaTM19UAdcYmGoah0hWNE5ZYKxyN2erK_cJEMk_64-3Xy-H1kr4NrAj3HcdJr2u3GJw-AjW0aLpOjcBcX54AqMZlm9MIrpb6PUhNieM5eQ9qJKzQIIqbdkcVcTb4qsSwRvlw/s320/Masuk+Tanpa+Ijin.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Quran yang membahas tentang ini terdapat dalam Q.S. An Nuur ayat 27, Allah swt berfirman yang artinya :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ayat ini Allah swt menyeru kepada orang-orang yang beriman, isi kandungan ayat ini adalah larangan memasuki rumah yang bukan rumah kita sebelum meminta izin. Ini berlaku pada semua rumah yang bukan milik kita, rumah tetangga, rumah saudara, rumah pak RT, rumah pak RW dan lain sebagainya. Kita baru boleh masuk setelah mendapatkan ijin. Akan tetapi apabila memang kita sudah diberikan kebebasan dari pemilik rumah untuk keluar masuk, misal rumah saudara dll. Maka itu diperbolehkan, karena sebenarnya kita sudah mendapatkan ijin jauh-jauh hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masuk rumah tanpa ijin juga bisa mendatangkan fitnah, fitnah yang dimaksud seperti dikira mencuri, dikira membahayakan dan lain sebagainya. Maling juga tidak pernah meminta ijin sebelum ia bertindak mencuri, anda bisa saja dikira maling kalau masuk rumah tanpa ijin terlebih dahulu. Jadi jangan lupa izin terlebih dahulu ya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini juga berlaku apabila dalam keadaan darurat, misal saja ketika terjadi kebakaran. Maka kita diperbolehkan untuk masuk ke rumah tetangga dalam ranka menolong mereka yang terjebak di dalam kebarakan. Keadaan darurat yang dimaksud misalnya, terjadinya kebakaran sementara ada anak kecil yang berada di dalam rumah, maka kita boleh masuk kedalam rumah tersebut walaupun belum mendapatkan izin dari pemilik rumah. Bila kita tidak masuk dan menolong korban tersebut, bisa jadi malah kehilangan nyawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain meminta izin sebelum memasuki rumah orang yang belum kita kenal, dalam ayat ini juga dijelaskan mengenai mengucapkan salam sebelum memasuki rumah. Tradisi mengucapkan salam setiap keluar masuk rumah, lama kelamaan semakin berkurang yang mengamalkan. Termasuk yang menulis artikel ini pun sering lupa dalam mengucapkan salam ketika keluar masuk rumah. Bisa jadi suatu saat tidak ada yang mengucapkan salam lagi. (wuih,, tanda-tanda kiamat, wkwk).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salam pada dasarnya adalah doa, dengan mengucapkan salam sebenarnya kita saling mendoakan satu sama lain. Yaitu berdoa agar semoga diberi kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah swt. Sebelum memasuki rumah orang lain, kia harus mengucapkan salam terlebih dahulu. Setelah dijawab dan diperbolehkan masuk kedalam rumah, baru kita boleh masuk. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bila kita dalam mengucapkan salam lebih dari 3 kali, dan belum ada jawaban. Mungkin pengguna rumah tersebut sedang pergi atau ada urusan, maka silahkan datang kerumah tersebut lain waktu, atau bisa menghubunginya via sms/telepon.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-63269328394453819462016-04-17T05:14:00.001-07:002016-04-17T05:14:40.417-07:00Larangan Mengejek Atau Menghina<div style="text-align: justify;">
Menghina orang ataupun mengejek-ejeknya adalah haram menurut syara’. Allah telah berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum menghina kaum yang lain, sebab mungkin sekali mereka yang dihina itu lebih baik dari yang menghina. Dan jangan pula kaum perempuan menghina perempuan yang lain, barangkali mereka yang dihina itu lebih baik dari mereka yang menghina.” (al-Hujurat: 11) </div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo0vEjotQ5eaVgN__6MtxVjkwea7vGSoW0j6hCKF4rCRs9ftrejoAoPum0SVAWlhyamtjUD8znqwf17npBE7e_20S717dCKfGBIKSZ5ZLJvJvyS4S23bJ-g59acQxnMJAwZJhF4lGRxhA/s1600/menghina.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo0vEjotQ5eaVgN__6MtxVjkwea7vGSoW0j6hCKF4rCRs9ftrejoAoPum0SVAWlhyamtjUD8znqwf17npBE7e_20S717dCKfGBIKSZ5ZLJvJvyS4S23bJ-g59acQxnMJAwZJhF4lGRxhA/s1600/menghina.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang dimaksudkan dengan penghinaan, ialah memandang rendah atau menjatuhkan taraf orang lain, ataupun mendedahkan segala keaiban-keaiban dan kekurangan-kekurangan mereka dengan tujuan menjadikannya sebagai bahan ketawa. Ini boleh berlaku dengan menceritakan perihal orang dalam tutur katanya, dalam perilakunya ataupun dengan cara-cara lain yang boleh menunjukkan maksud dan tujuan yang sama. Punca utamanya ialah merendahkan diri orang lain, atau menjadikannya sebagai bahan ketawa di mata orang ramai, menghina dan memperkecilkan kedudukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini, Allah telah mengingatkan kita seperti dalam firmanNya di atas: Mungkin sekali yang dihina itu lebih baik dari yang menghina, yakni jangan kamu merendahkan atau memperkecilkannya, sebab mana tahu barangkali orang itu lebih mulia dan baik dari kamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kelakuan semacam ini, hanya dilarang terhadap orang-orang yang akan merasa tersinggung hatinya, bila ditujukan penghinaan serupa itu. Tetapi jika orang itu memang bersedia untuk menerima penghinaan, ataupun ia redha dijadikan dirinya sebagai bahan ketawa orang, umpamanya ia merasa senang bila diketawakan orang, maka penghinaan yang ditujukan kepadanya itu dikira sebagai senda gurauan saja. Dan mengenai senda gurauan pula, telah pun dijelaskan hukumnya, mana satu yang dicela atau dilarang, dan mana pula yang dikira baik atau dipuji.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun penghinaan yang diharamkan itu, ialah apabila orang yang ditujukan penghinaan itu merasa kurang senang dan akan menjadi marah, disebabkan dirinya direndahkan ataupun diejek-ejek seperti yang sering juga berlaku bila seseorang mentertawakan percakapan orang lain kerana percakapannya salah, atau tidak teratur, ataupun ia mentertawakan kelakuannya tunggang balik dan tidak sempurna, ataupun seperti mentertawakan ingatannya yang selalu terlupa, atau terhadap rupa bentuknya disebabkan ada cacat padanya. Mentertawakan terhadap semua hal-hal yang dalam contoh-contoh di atas adalah terlarang dalam syara’.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Melaknat </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melaknat binatang atau benda yang mati (beku), ataupun melaknat manusia, semua ini adalah di larang dan terkira sifat yang tercela dalam agama. Bersabda Rasulullah s.a.w.:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Seseorang Mu’min yang sejati, bukanlah orang yang suka melaknat.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengertian laknat ialah tersingkir dan terjauh dari rahmat Allah Ta’ala dan melemparkan laknat ke atas seseorang itu tidak diharuskan, kecuali kiranya orang itu memang mempunyai sifat tersebut, yakni terjauh dari rahmat Allah azzawajalla. Terjauh dari rahmat Allah boleh disebabkan kerana kekufuran ataupun penganiayaan. Tetapi melaknat seorang fasik yang tertentu masih dikira merbahaya juga, sebaik-baiknya ditinggalkan saja, meskipun sesudah kematiannya. Malah lebih-lebih dilarang lagi jika melemparkan laknat itu akan menimbulkan kemarahan dan rasa tidak senang dari keluarganya yang hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah Hadis, Rasulullah s.a.w. bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan sekali-kali kamu memaki-maki orang yang sudah mati, supaya kamu tidak menyakiti hati orang-orang yang hidup.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perkara lain yang dikira hampir sama seperti laknat, ialah mendoakan ke atas seseorang dengan kejahatan (hal-hal yang baik), sekalipun ia seorang yang zalim, maka mendoakan ke atasnya masih dilarang juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam suatu khabar dikatakan, Rasulullah s.a.w. pernah berkata:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Orang yang teraniaya itu akan mendoakan ke atas si zalim (yang menganiayai) sehingga Allah membalasnya.” </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-34161990265109742982016-04-17T05:07:00.001-07:002016-04-17T05:07:06.627-07:00Hukum Gosip (Ghibah) Dalam Islam<div style="text-align: justify;">
Gosip (bahasa Arab, ghibah الغيبة; Jawa, ngerasani; Inggris, rumour) adalah membicarakan perilaku orang lain yang umumnya terkait hal-hal yang negatif. Saat ini ghibah menjadi sangat merajalela seiring dengan banyaknya acara gosip di TV yang dikenal dengan jurnalisme infotaintment. Infotainment umumnya memuat dan membahas gosip seputar berita miring selebriti atau tokoh-tokoh nasional biasanya terkait dengan pacaran, perselingkuhan, perceraian, operasi kecantikan, dan hal-hal pribadi lainnya. Dalam kehidupan non-selebriti, yakni kehidupan masyarakat, menggosip juga menjadi hal yang disukai terutama di kalangan perempuan walaupun terjadi juga di kalangan kaum lelaki. Muslim ada baiknya mengetahui hukum dari menggosip atau ghibah agar kita tidak mudah terjatuh pada kebiasaan yang sudah dianggap lumrah.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioKMFYTUTKk2xYeCKRFifIUvSwrq2an8NZvmyMEdfwrIuPW49grOSP43tEtWejALpL4hJ6WB2RkpOvdSfvZ9DZs2WzHKZx9Bgh5-8VBnFqUCJQWAYEeTqVBp0IUNsJDzmKiIa6NRT10xY/s1600/gosip.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioKMFYTUTKk2xYeCKRFifIUvSwrq2an8NZvmyMEdfwrIuPW49grOSP43tEtWejALpL4hJ6WB2RkpOvdSfvZ9DZs2WzHKZx9Bgh5-8VBnFqUCJQWAYEeTqVBp0IUNsJDzmKiIa6NRT10xY/s320/gosip.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DEFINISI GHIBAH (GOSIP) </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi menjelaskan definisi ghibah dalam sebuah hadits riwayat Muslim sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوْا: اَللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Kemudian beliau bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Nawawi mendefinisikan makna ghibah sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fatbul Bari Syarah Bukhari hlm. 10/391 demikian:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وقال النووي في الاذكار تبعا للغزالي ذكر المرء بما يكرهه سواء كان ذلك في بدن الشخص أو دينه أو دنياه أو نفسه أو خلقه أو خلقه أو ماله أو والده أو ولده أو زوجه أو خادمه أو ثوبه أو حركته أو طلاقته أو عبوسته أو غير ذلك مما يتعلق به سواء ذكرته باللفظ أو بالإشارة والرمز</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Imam Nawawi berkata dalam kitab Al-Adzkar mengikuti pandangan Al-Ghazali bahwa ghibah adalah menceritakan tentang seseorang dengan sesuatu yang dibencinya baik badannya, agamanya, dirinya (fisik), perilakunya, hartanya, orang tuanya, anaknya, istrinya, pembantunya, raut mukanya yang berseri atau masam, atau hal lain yang berkaitan dengan penyebutan seseorang baik dengan lafad (verbal), tanda, ataupun isyarat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DALIL QURAN DAN HADITS TENTANG GHIBAH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalil-dalil dari Quran dan hadits tentang ghibah adalah sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DALIL HARAMNYA GHIBAH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- QS Al Hujurat : 12</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Abbas dalam menafsiri ayat di atas menyatakan: (إنما ضرب الله هذا المثل للغيبه لأن أكل لحم الميت حرام مستقذر و كذا الغيبه حرام فى الدين و قبيح فى النفوس) Allah membuat perumpamaan ini untuk ghibah karena memakan daging bangkai itu haram dan menjijikkan. Begitu juga ghibah itu haram dalam agama dan buruk dalam jiwa. (Lihat Tafsir Al-Qurtubi hlm 16/346).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لما عٌرج بى مررت بقوم لهم اظفار من نحاس يخمشون وجوههم و صدورهم فقلت :من هؤلاء يا جبريل؟ قال: هؤلاء الذين يأكلون لحوم الناس و يقعون فى أعراضهم.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka melukai (mencakari) wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka. Maka aku bertanya :”Siapakah mereka ya Jibril?” Jibril berkata :”Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan mereka mencela kehormatan-kehormatan manusia”. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- Hadits riwayat Ahmad dari Jabir bin Abdullah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَارْتَفَعَتْ رِيحُ جِيفَةٍ مُنْتِنَةٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَتَدْرُونَ مَا هَذِهِ الرِّيحُ هَذِهِ رِيحُ الَّذِينَ يَغْتَابُونَ الْمُؤْمِنِينَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Kami pernah bersama Nabi tiba-tiba tercium bau busuk yang tidak mengenakan. Kemudian Rosulullohbersabda, ‘Tahukah kamu, bau apakah ini? Ini adalah bau orang-orang yang mengghibah (menggosip) kaum mu’minin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DALIL BOLEHNYA GHIBAH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- QS An Nisa 4:148</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- Hadits riwayat Muslim</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Baihaqi</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
اذكروا الفاسق بما فيه، يحذره الناس</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Ceritakan tentang pendosa apa adanya supaya orang lain menjadi takut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- Hadits riwayat Muslim</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
كل أمتي معافى إلا المجاهرون</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Setiap umatku akan dimaafkan kecuali para mujahir. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mujahir adalah orang-orang yang menampakkan perilaku dosanya untuk diketahui umum</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- Hadits riwayat Baihaqi</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
من ألقى جلباب الحياء فلا غيبة له </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Barangsiapa yang tidak punya rasa malu (untuk berbuat dosa), maka tidak ada ghibah (yang dilarang) baginya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>HUKUM GOSIP (GHIBAH) ADA TIGA : HARAM, WAJIB, BOLEH </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sejumlah dalil Quran dan hadits di atas, maka ulama mengambil kesimpulan bahwa hukum ghibah atau gosip itu terbagi tiga yaitu haram, wajib dan halal (boleh).</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>HARAM</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hukum asal gosip adalah haram. Gosip yang haram adalah ketika anda membicarakan aib sesama muslim yang dirahasiakan. Baik aib itu terkait dengan bentuk fisik atau perilaku; terkait dengan agama atau duniawi. Hukum haram ini tersurat secara tegas dalam Al-Quran, hadits seperti disebut di atas dan ijmak ulama sebagaimana disebutkan oleh Al-Qurtubi dalam Tafsir Al-Qurtubi 16/436. Yang menjadi perselisihan ulama hanyalah apakah gosip termasuk dosa besar atau kecil. Mayoritas ulama menganggapnya sebagai dosa besar. Menurut Ibnu Hajar Al-Haitami ghibah dan namimah (adu domba) termasuk dosa besar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata: Ghibah itu haram tidak hanya bagi pembawa gosip tapi juga bagi pendengar yang mendengar dan mengakui. Maka wajib bagi siapa saja yang mendengar orang memulai berghibah untuk berusaha menghentikannya apabila ia tidak kuatir pada potensi ancaman. Apabila takut maka ia wajib mengingkari dengan hatinya dan keluar dari majelis pertemuan kalau memungkinkan. Apabila mampu mengingkari dengan lisan atau dengan mengalihkan pembicaraan maka hal itu wajib dilakukan. Apabila tidak dilakukan, maka ia berdosa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>WAJIB</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ghibah atau membicarakan / menyebut aib orang lain adakalanya wajib. Hal itu terjadi dalam situasi di mana ia dapat menyelamatkan seseorang dari bencana atau potensi terjadinya sesuatu yang kurang baik. Misalnya, ada seorang pria atau wanita yang ingin menikah. Dia meminta nasihat tentang calon pasangannya. Maka, si pemberi nasihat wajib memberi tahu keburukan atau aib calon pasangannya sesuai dengan fakta yang diketahui pemberi nasihat. Atau seperti si A memberitahu pada si B bahwa si C berencana untuk mencuri hartanya atau membunuhnya atau mencelakakan istrinya, dlsb. Ini termasuk dalam kategori memberi nasihat. Dan hukumnya wajib seperti disebut dalam hadits di atas tentang 6 hak muslim atas muslim yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>BOLEH </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Nawawi dalam Riyadus Shalihin 2/182 membagi gosip atau ghibah yang dibolehkan menjadi enam sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
الأول: التظلم، فيجوز للمظلوم أن يتظلم إلى السلطان والقاضي وغيرهما مما له ولاية أو قدرة على إنصافه من ظالمه، فيقول: ظلمني فلان كذا.</div>
<div style="text-align: justify;">
الثاني: الاستعانة على تغيير المنكر ورد المعاصي إلى الصواب، فيقول لمن يرجو قدرته على إزالة المنكر: فلان يعمل كذا، فازجره عنه.</div>
<div style="text-align: justify;">
الثالث: الاستفتاء، فيقول: للمفتي: ظلمني أبي، أو أخي، أو زوجي، أو فلان بكذا.</div>
<div style="text-align: justify;">
الرابع: تحذير المسلمين من الشر ونصيحتهم.</div>
<div style="text-align: justify;">
الخامس: أن يكون مجاهرًا بفسقه أو بدعته، كالمجاهر بشرب الخمر ومصادرة الناس وأخذ المكس وغيرها.</div>
<div style="text-align: justify;">
لسادس: التعريف، فإذا كان الإنسان معروفًا بلقب الأعمش، والأعرج والأصم، والأعمى والأحول، وغيرهم جاز تعريفهم بذلك.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama,</b> At-Tazhallum. Orang yang terzalimi boleh menyebutkan kezaliman seseorang terhadap dirinya. Tentunya hanya bersifat pengaduan kepada orang yang memiliki qudrah (kapasitas) untuk melenyapkan kezaliman. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kedua,</b> isti’ānah (meminta pertolongan) untuk merubah atau menghilangkan kemunkaran. Seperti mengatakan kepada orang yang diharapkan mampu menghilangkan kemungkaran: "Fulan telah berbuat begini (perbuatan buruk). Cegahlah dia."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ketiga,</b> Al-Istifta' atau meminta fatwa dan nasihat seperti perkataan peminta nasihat kepada mufti (pemberi fatwa): "Saya dizalimi oleh ayah atau saudara, atau suami."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Keempat,</b> at-tahdzīr lil muslimīn (memperingatkan orang-orang Islam) dari perbuatan buruk dan memberi nasihat pada mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kelima</b>, orang yang menampakkan kefasikan dan perilaku maksiatnya. Seperti menampakkan diri saat minum miras (narkoba), berpacaran di depan umum, dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Keenam,</b> memberi julukan tertentu pada seseorang. Apabila seseorang dikenal dengan julukan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kategori dan bolehnya ghibah untuk enam kasus di atas disetujui oleh Imam Qurtubi dan dianggap pendapat yang ijmak. Dalam Tafsir Al-Qurtubi 16/339 iya menyatakan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وكذلك قولك للقاضي تستعين به على أخذ حقك ممن ظلمك فتقول فلان ظلمني أو غصبني أو خانني أو ضربني أو قذفني أو أساء إلي، ليس بغيبة. وعلماء الأمة على ذلك مجمعة</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Begitu juga ucapan anda pada hakim meminta tolong untuk mengambil hak anda yang diambil orang yang menzalimi lalu anda berkata pada hakim: Saya dizalimi atau dikhianati atau dighasab olehnya maka hal itu bukan ghibah. Ulama sepakat atas hal ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
As-Shan'ani dalam Subulus Salam 4/188 menyatakan</div>
<div style="text-align: justify;">
والأكثر يقولون بأنه يجوز أن يقال للفاسق : يا فاسق , ويا مفسد , وكذا في غيبته بشرط قصد النصيحة له أو لغيره لبيان حاله أو للزجر عن صنيعه لا لقصد الوقيعة فيه فلا بد من قصد صحيح</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: Kebanyakan ulama berpendapat bahwa boleh memanggil orang fasik (pendosa) dengan sebutan Wahai Orang Fasiq!, Hai Orang Rusak! Begitu juga boleh meggosipi mereka dengan syarat untuk bermaksud menasihatinya atau menasihati lainnya untuk menjelaskan perilaku si fasiq atau untuk mencegah agar tidak melakukannya. Bukan dengan tujuan terjatuh ke dalamnya. Maka (semua itu) harus timbul dari maksud yang baik.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-49858030968853489932016-04-13T06:11:00.001-07:002016-04-13T06:13:34.906-07:00Hukum Mendengarkan Musik Dalam Islam<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
Siapa saja yang hidup di akhir zaman, tidak lepas dari lantunan suara <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">musik</strong> atau <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">nyanyian</strong>. Bahkan mungkin di antara kita –dulunya- adalah orang-orang yang sangat <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">gandrung</em> terhadap lantunan suara seperti itu. Bahkan mendengar lantunan tersebut juga sudah menjadi sarapan tiap harinya. Itulah yang juga terjadi pada sosok si fulan. Hidupnya dulu tidaklah bisa lepas dari <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">gitar</strong> dan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">musik</strong>. Namun, sekarang hidupnya jauh berbeda. Setelah Allah mengenalkannya dengan <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al </em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">h</em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">aq</em> (penerang dari Al Qur’an dan As Sunnah), dia pun perlahan-lahan menjauhi berbagai nyanyian. <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Alhamdulillah</em>, dia pun mendapatkan ganti yang lebih baik yaitu dengan <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">k</em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">alamullah</em>(Al Qur’an) yang semakin membuat dirinya mencintai dan merindukan perjumpaan dengan Rabbnya.</div>
<a name='more'></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6OumR8URHTiisC16DqKhoqVVp6fjw0TU9-CHwZk7RdXN2x3loWZSzCjXLXFnBm5z4JIbmes2MTIX-nID39AGYZ1NS2YYvmtckVsRaFFGw8ZhN6XTNoIBdIBcyNt9CR2gCTOdz4T_kA1s/s1600/Musik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="178" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6OumR8URHTiisC16DqKhoqVVp6fjw0TU9-CHwZk7RdXN2x3loWZSzCjXLXFnBm5z4JIbmes2MTIX-nID39AGYZ1NS2YYvmtckVsRaFFGw8ZhN6XTNoIBdIBcyNt9CR2gCTOdz4T_kA1s/s320/Musik.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span id="more-372" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Lalu, apa yang menyebabkan hatinya bisa berpaling kepada <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">k</em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">alamullah</em> dan meninggalkan nyanyian? Tentu saja, karena taufik Allah kemudian siraman ilmu. Dengan ilmu syar’i yang dia dapati, hatinya mulai tergerak dan mulai sadarkan diri. Dengan mengetahui dalil <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al Qur’an</strong> dan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Hadits</strong> yang membicarakan bahaya lantunan yang melalaikan, dia pun mulai meninggalkannya perlahan-lahan. Juga dengan bimbingan perkataan para ulama, dia semakin jelas dengan hukum <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">keharamannya</strong>.</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Alangkah baiknya jika kita melihat <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dalil-dalil</strong> yang dimaksudkan, beserta perkataan para <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">ulama masa silam</strong>mengenai <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">hukum nyanyian</strong> karena mungkin di antara kita ada yang masih <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">gandrung</em> dengannya. Maka, dengan ditulisnya risalah ini, semoga Allah membuka hati kita dan memberi hidayah kepada kita seperti yang didapatkan si fulan tadi. <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Allahumma a’in wa yassir (Ya Allah, tolonglah dan mudahkanlah).</em></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: red; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Beberapa Ayat Al Qur’an yang Membicarakan “Nyanyian”</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: magenta; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pertama: Nyanyian dikatakan sebagai “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">lahwal hadits</em>” (perkataan yang tidak berguna)</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Allah <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ta’ala</em> berfirman,</div>
<div dir="rtl" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">لَهْوَ الْحَدِيثِ</span> لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّى مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">perkataan yang tidak berguna</span></strong> untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah padanya dengan azab yang pedih</em>.” (QS. Luqman: 6-7)</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnu Jarir Ath Thabariy</strong> -rahimahullah- dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa para pakar tafsir berselisih pendapat apa yang dimaksud dengan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">لَهْوَ الْحَدِيثِ</span></strong> “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">lahwal hadits</em>” dalam ayat tersebut. Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">nyanyian dan mendengarkannya</span>. Lalu setelah itu <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnu Jarir</strong>menyebutkan beberapa perkataan ulama <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">salaf</em> mengenai tafsir ayat tersebut. Di antaranya adalah dari <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Abu Ash Shobaa’ Al Bakri</strong> –<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">rahimahullah</em>-. Beliau mengatakan bahwa dia mendengar <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnu Mas’ud</strong> ditanya mengenai tafsir ayat tersebut, lantas beliau –<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">radhiyallahu ‘anhu</em>– berkata,</div>
<div dir="rtl" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">الغِنَاءُ، وَالَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، يُرَدِّدُهَا ثَلاَث َمَرَّاتٍ.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Yang dimaksud adalah nyanyian, demi Dzat yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Dia</em>.” Beliau menyebutkan makna tersebut sebanyak <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">tiga kali</strong>.<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[1]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Penafsiran senada disampaikan oleh <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mujahid</strong>, <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sa’i</strong><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">d</strong><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> bin Jubair</strong>, <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘Ikrimah</strong>, dan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Qotadah</strong>. Dari <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnu Abi Najih</strong>,<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mujahid</strong> berkata bahwa yang dimaksud <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">lahwu hadits</em> adalah <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">bedug (genderang)</strong>.<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[2]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Asy Syaukani</strong> dalam kitab tafsirnya mengatakan, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Lahwal hadits</em> adalah segala sesuatu yang melalaikan seseorang dari berbuat baik. Hal itu bisa berupa nyanyian, permainan, cerita-cerita bohong dan setiap kemungkaran.” Lalu, <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Asy Syaukani</strong> menukil perkataan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al Qurtubhi</strong> yang mengatakan bahwa tafsiran yang paling bagus untuk makna <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">lahwal hadits</em> adalah <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">nyanyian</strong>. Inilah pendapat para sahabat dan tabi’in.<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[3]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jika ada yang mengatakan</strong><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">, “Penjelasan tadi kan hanya penafsiran sahabat, bagaimana mungkin bisa jadi hujjah (dalil)?”</em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></em></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Maka, cukup kami katakan bahwa tafsiran sahabat terhadap suatu ayat bisa menjadi <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">hujjah</em></strong>, bahkan bisa dianggap sama dengan hadits Nabi <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> (derajat <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">marfu’</em>). Simaklah perkataan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnul Qayyim</strong> setelah menjelaskan penafsiran mengenai “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">lahwal hadits</em>” di atas sebagai berikut,</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al Hakim Abu ‘Abdillah</strong> dalam kitab tafsirnya di <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al Mustadrok</em> mengatakan bahwa seharusnya setiap orang yang haus terhadap ilmu mengetahui bahwa tafsiran sahabat –yang mereka ini menyaksikan turunnya wahyu- menurut <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Bukhari</strong> dan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Muslim</strong> dianggap sebagai perkataan Nabi <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Di tempat lainnya, beliau mengatakan bahwa menurutnya, penafsiran sahabat tentang suatu ayat sama statusnya dengan hadits<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">marfu’</em> (yang sampai pada Rasulullah <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>).” Lalu, <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnul Qayyim</strong> mengatakan, “Walaupun itu adalah penafsiran sahabat, tetap penafsiran mereka lebih didahulukan daripada penafsiran orang-orang sesudahnya. <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Alasannya</strong>, mereka adalah umat yang paling mengerti tentang maksud dari ayat yang diturunkan oleh Allah karena <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al Qur’an turun di masa mereka hidup</strong>”.<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[4]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Jadi, jelaslah bahwa pemaknaan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">لَهْوَ الْحَدِيثِ</span></strong><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> /lahwal hadits/</em> dengan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">nyanyian</strong> patut kita terima karena ini adalah perkataan sahabat yang statusnya bisa sama dengan sabda Nabi <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: magenta; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kedua: Orang-orang yang bernyanyi disebut “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">saamiduun</em>”</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Allah <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">T</em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">a’ala</em> berfirman,</div>
<div dir="rtl" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ , وَتَضْحَكُونَ وَلا تَبْكُونَ , وَأَنْتُمْ <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">سَامِدُونَ</span> , فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Maka</em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">,</em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">saamiduun</span></strong>? Maka</em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">,</em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).</em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">”</em> (QS. An Najm: 59-62)</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Apa yang dimaksud <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">سَامِدُونَ</span></strong><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </em></strong><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">/</em></strong><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">saamiduun</em></strong><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">/</em></strong>?</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Menurut salah satu pendapat, makna <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">saamiduun</em> adalah <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">bernyanyi</strong> dan ini berasal dari bahasa orang Yaman. Mereka biasa menyebut “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">ismud lanaa</em>” dan maksudnya adalah: “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Bernyanyilah untuk kami</em>”. Pendapat ini diriwayatkan dari <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘Ikrimah</strong> dan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnu ‘Abbas</strong>.<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[5]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘Ikrimah</strong> mengatakan, “Mereka biasa mendengarkan Al Qur’an, namun mereka malah bernyanyi. Kemudian turunlah ayat ini (surat An Najm di atas).”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[6]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Jadi, dalam dua ayat ini teranglah bahwa mendengarkan “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">nyanyian</em>” adalah suatu yang <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dicela dalam Al Qur’an</strong>.</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: red; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Mengenai Nyanyian</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: magenta; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Hadits Pertama</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Bukhari</strong> membawakan dalam Bab “Siapa yang menghalalkan khomr dengan selain namanya” sebuah riwayat dari <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Abu ‘Amir</strong> atau <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Abu Malik Al Asy’ari</strong> telah menceritakan bahwa dia tidak berdusta, lalu dia menyampaikan sabda Nabi <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>,</div>
<div dir="rtl" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ ، يَأْتِيهِمْ – يَعْنِى الْفَقِيرَ – لِحَاجَةٍ فَيَقُولُوا ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا . فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.”<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; transition: color 0.1s linear 0s; vertical-align: baseline;">[7]</strong></em> Jika dikatakan menghalalkan musik, berarti <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">musi</span><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">k</span><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;"> itu haram</span>.</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Hadits di atas dinilai shahih oleh banyak ulama, di antaranya adalah: <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah</strong> dalam <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al Istiqomah</em> (1/294) dan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnul Qayyim</strong> dalam <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ighatsatul Lahfan</em> (1/259). Penilaian senada disampaikan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">An Nawawi</strong>, <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnu Rajab Al Hambali</strong>, <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnu Hajar</strong> dan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Asy Syaukani</strong> –<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">rahimahumullah</em>-.</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Memang, ada sebagian ulama semacam <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnu Hazm</strong> dan orang-orang yang mengikuti pendapat beliau sesudahnya seperti <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al Ghozali</strong> yang menyatakan bahwa hadits di atas memiliki <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">cacat</strong> sehingga mereka pun menghalalkan musik. Alasannya, mereka mengatakan bahwa sanad hadits ini <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">munqothi’</em> (terputus) karena Al Bukhari tidak me<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">maushul</em>kan sanadnya (menyambungkan sanadnya). Untuk menyanggah hal ini, kami akan kemukakan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">5 sanggahan</strong> sebagaimana yang dikatakan oleh <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnul Qayyim </strong><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">rahimahullah</em>:</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pertama</em></strong>, Al Bukhari betul bertemu dengan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Hisyam bin ‘Ammar</strong> dan beliau betul mendengar langsung darinya. Jadi, jika Al Bukhari mengatakan bahwa <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">Hisyam berkata</span></strong>, itu sama saja dengan <span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">perkataan Al Bukhari langsung dari Hisyam.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kedua</em></strong>, jika Al Bukhari belum pernah mendengar hadits itu dari Hisyam, tentu Al Bukhari tidak akan mengatakan dengan lafazh <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">jazm</em> (tegas). Jika beliau mengatakan dengan lafazh <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">jazm</em>, sudah pasti beliau mendengarnya langsung dari Hisyam. Inilah yang paling mungkin, karena sangat banyak orang yang meriwayatkan (hadits) dari Hisyam. Hisyam adalah guru yang sudah sangat masyhur. Adapun Al Bukhari adalah hamba yang sangat tidak mungkin melakukan <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">tadlis</em> (kecurangan dalam periwayatan).</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ketiga</em></strong>, Al Bukhari memasukkan hadits ini dalam kitabnya yang disebut dengan kitab <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shahih</em></strong>, yang tentu saja hal ini bisa dijadikan <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">hujjah</em> (dalil). Seandainya hadits tersebut tidaklah shahih menurut Al Bukhari, lalu mengapa beliau memasukkan hadits tersebut dalam kitab shahih?</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Keempat</em></strong>, Al Bukhari membawakan hadits ini secara <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mu’allaq</em> (di bagian awal sanad ada yang terputus). Namun, di sini beliau menggunakan lafazh <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">jazm</em> (pasti, seperti dengan kata <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">qoola</em> yang artinya dia berkata) dan bukan<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">tamridh</em> (seperti dengan kata <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">yurwa</em> atau <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">yudzkaru</em>, yang artinya telah diriwayatkan atau telah disebutkan). Jadi, jika Al Bukhari mengatakan, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Qoola: qoola Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>[dia mengatakan bahwa Rasulullah <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda, …]”, maka itu sama saja beliau mengatakan hadits tersebut disandarkan pada Rasulullah <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kelima</em></strong>, seandainya berbagai alasan di atas kita buang, hadits ini tetaplah <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">shahih</span></strong> dan bersambung karena dilihat dari <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">jalur lainnya</strong>, sebagaimana akan dilihat pada hadits berikutnya.<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[8]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: magenta; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Hadits Kedua</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dari <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Abu Malik Al Asy’ari</strong>, Rasulullah <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div>
<div dir="rtl" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">لَيَشْرَبَنَّ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِى الْخَمْرَ يُسَمُّونَهَا بِغَيْرِ اسْمِهَا يُعْزَفُ عَلَى رُءُوسِهِمْ بِالْمَعَازِفِ وَالْمُغَنِّيَاتِ يَخْسِفُ اللَّهُ بِهِمُ الأَرْضَ وَيَجْعَلُ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sungguh, akan ada orang-orang dari umatku yang meminum khamr, mereka menamakannya dengan selain namanya. Mereka dihibur dengan musik dan alunan suara biduanita. Allah akan membenamkan mereka ke dalam bumi dan Dia akan mengubah bentuk mereka menjadi kera dan babi.</em>”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[9]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: magenta; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Hadits Ketiga</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dari <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Nafi’</strong> –bekas budak Ibnu ‘Umar-, beliau berkata,</div>
<div dir="rtl" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">عُمَرَ سَمِعَ ابْنُ عُمَرَ صَوْتَ زَمَّارَةِ رَاعٍ فَوَضَعَ إِصْبَعَيْهِ فِى أُذُنَيْهِ وَعَدَلَ رَاحِلَتَهُ عَنِ الطَّرِيقِ وَهُوَ يَقُولُ يَا نَافِعُ أَتَسْمَعُ فَأَقُولُ نَعَمْ. قَالَ فَيَمْضِى حَتَّى قُلْتُ لاَ. قَالَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ وَأَعَادَ الرَّاحِلَةَ إِلَى الطَّرِيقِ وَقَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَسَمِعَ صَوْتَ زَمَّارَةِ رَاعٍ فَصَنَعَ مِثْلَ هَذَا</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnu ‘Umar</strong> pernah mendengar suara seruling dari seorang pengembala, lalu beliau menyumbat kedua telinganya dengan kedua jarinya. Kemudian beliau pindah ke jalan yang lain. Lalu Ibnu ‘Umar berkata, “Wahai Nafi’, apakah kamu masih mendengar suara tadi?” Aku (Nafi’) berkata, “Iya, aku masih mendengarnya.”</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kemudian, Ibnu ‘Umar terus berjalan. Lalu, aku berkata, “Aku tidak mendengarnya lagi.”</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Barulah setelah itu Ibnu ‘Umar melepaskan tangannya dari telinganya dan kembali ke jalan itu lalu berkata, “Beginilah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendengar suara seruling dari seorang pengembala. Beliau melakukannya seperti tadi.”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[10]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: magenta; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Keterangan Hadits</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dari dua hadits pertama, dijelaskan mengenai keadaan umat Islam nanti yang akan menghalalkan musik,berarti sebenarnya musik itu haram kemudian ada yang menganggap halal. Begitu pula pada hadits ketiga yang menceritakan kisah Ibnu ‘Umar bersama Nafi’. Ibnu ‘Umar mencontohkan bahwa Nabi <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> melakukan hal yang sama dengannya yaitu menjauhkan manusia dari mendengar musik. Hal ini menunjukkan bahwa <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">musik itu jelas-jelas terlarang</strong>.</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Jika ada yang mengatakan bahwa sebenarnya yang dilakukan Ibnu ‘Umar tadi hanya menunjukkan bahwa itu adalah cara terbaik dalam mengalihkan manusia dari mendengar suara nyanyian atau alat musik, namun tidak sampai menunjukkan keharamannya, <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">jawabannya</strong> adalah sebagaimana yang dikatakan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni</strong> (julukan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah</strong>) <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">rahimahullah </em>berikut ini,</div>
<div dir="rtl" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">اللَّهُمَّ إلَّا أَنْ يَكُونَ فِي سَمَاعِهِ ضَرَرٌ دِينِيٌّ لَا يَنْدَفِعُ إلَّا بِالسَّدِّ</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“Demi Allah, bahkan mendengarkan nyanyian (atau alat musik) adalah bahaya yang mengerikan pada agama seseorang, tidak ada cara lain selain dengan menutup jalan agar tidak mendengarnya.”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[11]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: red; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kalam Para Ulama Salaf Mengenai Nyanyian (Musik)</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnu Mas’ud</strong> mengatakan, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Nyanyian menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan sayuran.</em>”</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al Qasim bin Muhammad</strong> pernah ditanya tentang nyanyian, lalu beliau menjawab, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Aku melarang nyanyian padamu dan aku membenci jika engkau mendengarnya</em>.” Lalu orang yang bertanya tadi mengatakan, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Apakah nyanyian itu haram?</em>” Al Qasim pun mengatakan,”<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Wahai anak saudaraku, jika Allah telah memisahkan yang benar dan yang keliru, lantas pada posisi mana Allah meletakkan ‘nyanyian’?</em>”</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘Umar bin ‘Abdul Aziz</strong> pernah menulis surat kepada guru yang mengajarkan anaknya, isinya adalah, ”<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Hendaklah yang pertama kali diyakini oleh anak-anakku dari budi pekertimu adalah kebencianmu pada nyanyian. Karena nyanyian itu berasal dari setan dan ujung akhirnya adalah murka Allah. Aku mengetahui dari para ulama yang terpercaya bahwa mendengarkan nyanyian dan alat musik serta gandrung padanya hanya akan menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan. Demi Allah, menjaga diri dengan meninggalkan nyanyian sebenarnya lebih mudah bagi orang yang memiliki kecerdasan daripada bercokolnya kemunafikan dalam hati</em>.”</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Fudhail bin Iyadh</strong> mengatakan, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Nyanyian adalah mantera-mantera zina.</em>”</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Adh Dhohak</strong> mengatakan, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah.</em>”</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Yazid bin Al Walid</strong> mengatakan, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Wahai anakku, hati-hatilah kalian dari mendengar nyanyian karena nyanyian itu hanya akan mengobarkan hawa nafsu, menurunkan harga diri, bahkan nyanyian itu bisa menggantikan minuman keras yang bisa membuatmu mabuk kepayang. … Ketahuilah, nyanyian itu adalah pendorong seseorang untuk berbuat zina</em>.”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[12]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: red; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Empat Ulama Madzhab Mencela Nyanyian</strong></span></div>
<ol style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; margin: 0px 0px 20px 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<li style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Imam Abu Hanifah</strong><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">. </strong>Beliau membenci nyanyian dan menganggap mendengarnya sebagai suatu perbuatan dosa.<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[13]</span></span></li>
<li style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Imam Malik bin Anas</strong>. Beliau berkata, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Barangsiapa membeli budak lalu ternyata budak tersebut adalah seorang biduanita (penyanyi), maka hendaklah dia kembalikan budak tadi karena terdapat ‘aib</em>.”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[14]</span></span></li>
<li style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Imam Asy Syafi’i.</strong> Beliau berkata, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Nyanyian adalah suatu hal yang sia-sia yang tidak kusukai karena nyanyian itu adalah seperti kebatilan. </em><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Siapa saja yang sudah kecanduan mendengarkan nyanyian, maka persaksiannya tertolak.</em>”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[15]</span></span></li>
<li style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Imam Ahmad bin Hambal</strong><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">.</strong> Beliau berkata, “<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan dalam hati dan aku pun tidak menyukainya.</em>”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[16]</span></span></li>
</ol>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah </strong><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">rahimahullah </em>mengatakan, “Tidak ada satu pun dari empat ulama madzhab yang berselisih pendapat mengenai haramnya alat musik.”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[17]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: red; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Bila Engkau Sudah Tersibukkan dengan Nyanyian dan Nasyid</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah</strong> memberikan pelajaran yang sangat berharga. Beliau mengatakan,</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“Seorang hamba jika sebagian waktunya telah tersibukkan dengan amalan yang tidak disyari’atkan, dia pasti akan kurang bersemangat dalam melakukan hal-hal yang disyari’atkan dan bermanfaat. Hal ini jauh berbeda dengan orang yang mencurahkan usahanya untuk melakukan hal yang disyari’atkan. Pasti orang ini akan semakin cinta dan semakin mendapatkan manfaat dengan melakukan amalan tersebut, agama dan islamnya pun akan semakin sempurna.”</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Lalu, <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah</strong> mengatakan, ”Oleh karena itu, banyak sekali orang yang terbuai dengan nyanyian (atau syair-syair) yang tujuan semula adalah untuk menata hati. Maka, pasti karena maksudnya, dia akan semakin berkurang semangatnya dalam menyimak Al Qur’an. Bahkan sampai-sampai dia pun membenci untuk mendengarnya.”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[18]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Jadi, perkataan <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni</strong> (yang dijuluki Syaikhul Islam) memang betul-betul terjadi pada orang-orang yang sudah begitu gandrung dengan nyanyian, gitar dan bahkan dengan nyanyian “Islami” (yang disebut nasyid). Tujuan mereka mungkin adalah untuk menata hati. Namun, sayang seribu sayang, jalan yang ditempuh adalah jalan yang keliru karena hati mestilah ditata dengan hal-hal yang <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">masyru’ </em>(disyariatkan) dan bukan dengan hal-hal yang tidak <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">masyru’</em>, yang membuat kita sibuk dan lalai dari kalam <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Robbul ‘alamin</em>yaitu Al Qur’an.</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Tentang nasyid yang dikenal di kalangan <em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">sufiyah</em> dan bait-bait sya’ir, <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Syaikhul Islam</strong> mengatakan,</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“Oleh karena itu, kita dapati pada orang-orang yang kesehariannya dan santapannya tidak bisa lepas dari nyanyian, mereka pasti tidak akan begitu merindukan lantunan suara Al Qur’an. Mereka pun tidak begitu senang ketika mendengarnya. Mereka tidak akan merasakan kenikmatan tatkala mendengar Al Qur’an dibanding dengan mendengar bait-bait sya’ir (nasyid). Bahkan ketika mereka mendengar Al Qur’an, hatinya pun menjadi lalai, begitu pula dengan lisannya akan sering keliru.”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[19]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Adapun melatunkan bait-bait syair (alias nasyid) asalnya dibolehkan, namun tidak berlaku secara mutlak. Melatunkan bait syair (nasyid) yang dibolehkan apabila memenuhi beberapa syarat berikut:</div>
<ol style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; margin: 0px 0px 20px 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<li dir="ltr" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Bukan lantunan yang mendayu-dayu sebagaimana yang diperagakan oleh para wanita.</li>
<li dir="ltr" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Nasyid tersebut tidak sampai melalaikan dari mendengar Al Qur’an.</li>
<li dir="ltr" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Nasyid tersebut terlepas dari nada-nada yang dapat membuat orang yang mendengarnya menari dan berdansa.</li>
<li dir="ltr" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Tidak diiringi alat musik.</li>
<li dir="ltr" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Maksud mendengarkannya bukan mendengarkan nyanyian dan nadanya, namun tujuannya adalah untuk mendengar nasyid (bait syair).</li>
<li dir="ltr" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Diperbolehkan bagi wanita untuk memukul rebana pada acara-acara yang penuh kegembiraan dan masyru’ (disyariatkan) saja.<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[20]</span></span></li>
<li dir="ltr" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Maksud nasyid ini adalah untuk memberi dorongan semangat ketika keletihan atau ketika berjihad.</li>
<li dir="ltr" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Tidak sampai melalaikan dari yang wajib atau melarang dari kewajiban.<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[21]</span></span></li>
</ol>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; color: red; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">P</strong><strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">enutup</strong></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kami hanya ingin mengingatkan bahwa pengganti nyanyian dan musik adalah Al Qur’an. Dengan membaca, merenungi, dan mendengarkan lantunan Al-Qur’anlah hati kita akan hidup dan tertata karena inilah yang disyari’atkan.</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Ingatlah bahwa Al Qur’an dan musik sama sekali tidak bisa bersatu dalam satu hati. Kita bisa memperhatikan perkataan murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yaitu <strong style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ibnul Qayyim</strong><em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> rahimahullah. </em>Beliau mengatakan, “Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan dan mengamalkan isi Al Qur’an.<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">Ingatlah, Al Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati karena keduanya itu saling bertolak belakang</span>. Al Quran melarang kita untuk mengikuti hawa nafsu, Al Qur’an memerintahkan kita untuk menjaga kehormatan diri dan menjauhi berbagai bentuk syahwat yang menggoda jiwa. Al Qur’an memerintahkan untuk menjauhi sebab-sebab seseorang melenceng dari kebenaran dan melarang mengikuti langkah-langkah setan. Sedangkan nyanyian memerintahkan pada hal-hal yang kontra (berlawanan) dengan hal-hal tadi.”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[22]</span></span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dari sini, pantaskah Al Qur’an ditinggalkan hanya karena terbuai dengan nyanyian? Ingatlah, jika seseorang meninggalkan musik dan nyanyian, pasti Allah akan memberi ganti dengan yang lebih baik.</div>
<div dir="rtl" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 14pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; border: 0px; color: #545454; font-family: Roboto; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 20px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“<em style="border: 0px; color: #666666; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan sesuatu yang lebih baik</em>.”<span style="color: #2d2d2d; font-family: inherit;"><span style="border-color: initial; border-style: initial; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; transition-duration: 0.1s; transition-property: color; transition-timing-function: linear;">[23]</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-63262622616292121542016-04-13T06:03:00.001-07:002016-04-13T06:03:30.310-07:00Dosa Memberikan Kesaksian Palsu<div style="text-align: justify;">
Bersaksi di pengadilan ternyata bisa menimbulkan konsekuensi serius. Jika kesaksian seseorang salah atau terbukti palsu, ancaman hukuman pidana siap menanti.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi55SJ6iE3XKXsfQ547IoIwkA1lbxMknj0RVnQHZLViW-LN9kNbir4SAoM31tQdxg5QGsxqQe6A9Li7jweIGch6hjprAKCXMf41XOyFJVvCmRZ-Fu-MLUkMNA82EXZYXi6MSU7StGwmgA8/s1600/saksi+palsu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="237" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi55SJ6iE3XKXsfQ547IoIwkA1lbxMknj0RVnQHZLViW-LN9kNbir4SAoM31tQdxg5QGsxqQe6A9Li7jweIGch6hjprAKCXMf41XOyFJVvCmRZ-Fu-MLUkMNA82EXZYXi6MSU7StGwmgA8/s320/saksi+palsu.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seseorang yang awalnya duduk di kursi saksi, jika terbukti melakukan kesaksian palsu bisa berubah duduk menjadi tersangka. Dalam hukum positif di Indonesia, sesuai Pasal 242 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), seseorang yang memberi keterangan palsu di atas umpah, baik lisan maupun tulisan diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu bagaimana dengan bersaksi palsu menurut syariat Islam? Para ulama menggolongkan saksi palsu sebagai salah satu dosa besar. Dalam Syarah Riyadhus Shalihin, ucapan palsu didefinisikan sebagai sebuah kebohongan dan perbuatan yang mengada-ada. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perbuatan ini merupakan salah satu dari dosa-dosa yang membinasakan dan paling berat ketentuan hukum haramnya. Syekh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin menerangkan saksi palsu sebagai seseorang bersaksi terhadap sesuatu yang dia tidak mengetahui atau mengetahui yang sebaliknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saleh al-Fauzan dalam Fikih Sehari-hari berpendapat, seorang saksi haruslah menjelaskan apa yang telah ia saksikan dan ketahui. Kesaksian yang benar adalah sebuah kewajiban yang hukumnya fardu kifayah. Allah SWT berfirman, “Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberikan keterangan) apabila mereka dipanggil.” (QS al Baqarah [2] : 282).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini menyatakan, ini merupakan perintah untuk menunaikan persaksian dan menyampaikannya kepada hakim. Sebab, hal itu sangat dibutuhkan untuk menegakkan kebenaran dan hak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Larangan bersaksi palsu termaktub dalam firman Allah SWT, “..dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (QS al-Hajj [22]:30). Para ulama bahkan menyejajarkan pelaku saksi palsu dengan pelaku kemusyrikan. Pelaku kemusyrikan sendiri adalah dosa paling besar dan tidak diampuni oleh Allah SWT. Dasarnya adalah beberapa ayat Alquran yang menyandingkan perbuatan dusta dengan musyrik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti dalam lanjutan surah al-Hajj ayat 30-31. “..maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam surah lain Allah SWT berfirman, “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS al-A'raaf [7] :33)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa sifat ibadurrahman (hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih) adalah mereka tidak suka bersaksi palsu (QS al-Furqan [25]: 72). Tafsir ayat ini disebutkan sifat lainnya, yakni kufur, bohong, fasik, sia-sia, dan perkara yang bathil. Makna lain dari ayat itu adalah nyanyian dan omong kosong. Lanjutan dari ayat 72 surah al-Furqan adalah, “dan apabila mereka bertemu dengan yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya.” Maknanya kehormatan orang-orang yang melakukan perbuatan dusta sama sekali tidak ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadis, lebih jelas lagi tentang derajat keharaman saksi palsu. Rasulullah SAW menyejajarkan perbuatan saksi palsu dengan syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua. Dua dosa besar yang derajat dosanya sangat besar sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abu Bakrah RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kau kuberi tahu tentang dosa besar yang paling besar?” Kami menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Ketika itu beliau sedang bersandar, kemudian beliau duduk lalu bersabda lagi, “Ketahuilah demikianlah pula ucapan bohong!” Beliau mengucapkannya berulang-ulang sehingga kami berkata, “Mudah-mudahan beliau diam.” (HR Bukhari Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyejajaran dengan syirik dan durhaka kepada orang tua menegaskan kedudukan dusta dalam persaksian dalam derajat dosa besar yang paling besar. Diulang-ulangnya perkataan Rasulullah saat menyebut perkataan bohong merupakan penegasan jika perbuatan ini adalah dosa yang tidak sepele.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang yang gemar melakukan perbuatan dusta juga termasuk golongan orang-orang munafik. Rasulullah SAW bersabda, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, apabila berkata berdusta, apabila berjanji ia ingkar dan jika diamanati ia berkhianat.” (HR Bukhari dan Muslim). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dusta juga bukan sifat orang beriman. Bahkan, ia bisa menjauhkan orang tersebut dari iman. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya yang mengada-ngadakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS an-Nahl [16]: 105).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang yang memiliki iman di hatinya mungkin memiliki rasa takut. Namun, orang yang beriman disifati Rasulullah tidak memiliki sedikitpun perangai dusta. Rasulullah SAW pernah ditanya, “Apakah mungkin orang mukmin itu penakut?” Beliau menjawab, “Mungkin.” Orang itu bertanya lagi, “Apa mungkin dia bakhil?” Beliau menjawab, “Mungkin.” Kemudian orang itu bertanya lagi, “Apakah mungkin dia pendusta?” Beliau menjawab, “Tidak Mungkin.” (HR Malik). Allahu A'lam. </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-20013647033923196302016-04-13T05:58:00.001-07:002016-04-13T05:58:49.626-07:00Larangan Memakai Peralatan Makan dari Emas dan Perak<div style="text-align: justify;">
Akhir-akhir ini banyak beredar wadah yang terbuat dari emas dan perak, khususnya di kalangan orang mampu. Bahkan kadang sampai taraf mereka membeli set perlengkapan sehari-hari, seperti aksesoris kamar mandi, bak mandi, kran air atau gagang pegangan yang terbuat dari emas murni. Mereka tidak mengeluarkan zakat emas tersebut dan tidak memperdulikan harganya. Seperti diketahui bahwa perkara ini dilarang. Lalu bagaimana pendapat anda yang mulia dalam masalah ini? Apakah mungkin diserukan pelarangan jual beli perkakas semacam itu bagi kaum muslimin yang tidak mengetahui hukumnya? Semoga Allah memberkahi anda.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN5RX5g0rcSr8Rn6domIL_3kWEooBwiCY2QOQ8zsRruuU6JEqNAt2ikKcv2cgTRQ_S2fmxXfETHR67HRqn0rZBWKrQmjrdAv8c9Cx2u8EbLnCuyh2A08nk9QCMe_jCPi_glnGVnZ192TA/s1600/emas.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="316" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN5RX5g0rcSr8Rn6domIL_3kWEooBwiCY2QOQ8zsRruuU6JEqNAt2ikKcv2cgTRQ_S2fmxXfETHR67HRqn0rZBWKrQmjrdAv8c9Cx2u8EbLnCuyh2A08nk9QCMe_jCPi_glnGVnZ192TA/s320/emas.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wadah-wadah yang terbuat dari emas dan perak diharamkan berdasarkan nash dan ijma’. Terdapat riwayat shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
( لا تشربوا في آنية الذهب والفضة ولا تأكلوا في صحافها فإنها لهم في الدنيا ولكم في الآخرة ) متفق على صحته من حديث حذيفة رضي الله عنه</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Janganlah kalian minum dari wadah emas dan perak, dan janganlah kalian makan dari piringnya, karena benda-benda itu untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk kalian (orang beriman) di akhirat.” (Muttafaq alaih, dari hadits Huzaifah radhiallahu anhu)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu pula terdapat riwayat shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Orang yang minum dari wadah emas dan perak, sesungguhnya dia sedang menyalakan api jahannam di perutnya.” (Muttafaq alaih, dari hadits Ummu Salamah radhiallahu anha. Redaksi berasal dari riwayat Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Emas dan perak, tidak boleh dijadikan sebagai wadah, tidak boleh makan dan minum dari wadah tersebut. Demikian pula halnya untuk berwudu atau mandi. Semua itu diharamkan berdasarkan teks hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wa salla. Wajib dicegah penjualannya agar tidak digunakan kaum muslimin. Dan Allah telah menjelaskan keharaman menggunakannya, sehingga tidak boleh digunakan untuk minum, makan, dan selainnya. Demikian pula tidak dibolehkan menggunakannya untuk sendok, gelas kopi atau the. Semua itu dilarang, sebab masuk dalam katagori wadah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka wajib bagi seorang muslim berhati-hati dari perkara yang telah Allah haramkan dan menghindari sikap berlebihan, mubazir dan mempermainkan harta. Jika dia memiliki kelapangan, maka di sana ada kaum fakir yang dapat dia salurkan sadaqah untuk mereka, ada kaum egarain di jalan Allah, dia dapat memberikan mereka untuk bekal berjuang di jalan Allah. Jangan mempermainkan harta. Harta memiliki hajat, dan di sana ada orang yang membutuhkan. Maka diwajibkan bagi seorang mukmin untuk menyalurkan hartanya kepada jalan-jalan kebaikan, seperti menghibur kaum fakir, orang yang membutuhkan, pembangunan masjid, sekolah, perbaikan jalan, jembatan, membantuk kaum mujahidin, orang-orang miskin yang hijrah, dan sarana kebaikan lainnya, seperti membantu melunasi utang orang yang berutang dan tidak mampu membayar, menikahkan orang yang tidak mampu menikah. Semua itu adalah jalan-jalan kebaikan yang disyariatkan untuk disalurkan infak kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun berfoya-foya dengan harta dalam bentuk wadah-wadah yang terbuat dari emas dan perak, atau sendok, gelas, kran air atau semacamnya, semua itu merupakan kemunkaran wajib ditinggalkan dan dijauhi. Bagi mereka yang memiliki wewenang dalam sebuah egara, baik kalangan ulama dan pejabatnya, wajib mengingkar perbuatan tersebut dan mencegah perbuatan orang-orang yang menghamburkan uang tersebut.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-48787217632221594042016-04-10T07:44:00.000-07:002016-04-10T07:44:13.268-07:00Hukum Meminum Khamar (Minuman Keras) Walaupun Hanya Setetes<div style="text-align: justify;">
Allah ta’ala berfirman dalam surat al-maidah: 90 yang artinya,“sesungguhnya (meminum) arak,berjudi, (berqurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian beruntung.”</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjsw4LCcmSq_nwXbmJbwKhyphenhyphen0FEhlSAcMP4ZVbYjkSAFyvg6YN7Ny91BC7eL8o6qThobPNurlI6CbootIhCAjABrpWHyBvzjEGVc3B9psMiJ36dpuEiAhtI4V8upBLf8K-58eotcoSRvEY/s1600/keras.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjsw4LCcmSq_nwXbmJbwKhyphenhyphen0FEhlSAcMP4ZVbYjkSAFyvg6YN7Ny91BC7eL8o6qThobPNurlI6CbootIhCAjABrpWHyBvzjEGVc3B9psMiJ36dpuEiAhtI4V8upBLf8K-58eotcoSRvEY/s320/keras.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Perintah menjauhi dalam ayat diatas merupakan salah satu dalil paling kuat tentang larangan sesuatu. Disamping itu,pegharaman arak disejajarkan dengan berhala (tuhannya orang kafir dan patung-patung mereka).maka tidak ada alasan bagi mereka yang mengatakan “dalam ayat al-qur’an kan hanya memerintahkan untuk menjauhi bukan diharamkan dengan dalil kalimat jauhilah...” nauzubillah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadits marfu’ riwayat jabir</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
((.....إن على الله عزّ و جلّ عهدً لمنْ يشربُ المشكرَ أنْ يسقيه منْ طينة الخبال)), قالوا: يا رسولَ الله وما طينةُ الخبال؟, قال: ((عرقُ أهلِ النار أو عصارةُ أهل النّار))</div>
<div style="text-align: justify;">
“....sesungguhnya Allah Azza wa jalla memiliki janji untuk orang-orang yang meminum minuman keras, akan memberinya minum dari thinatul khabal.” Mereka (shahabat nabi) bertanya : “wahai Rasulullah,apakah thinatul khabal itu ?” Beliau menjawab : “cairan kotor (yang keluar dari tubuh) penghuni neraka.” (HR.Muslim, 3/1587)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadits marfu’ Ibnu Abbas meriwayatkan :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
من ماتَ مدمنَ خمرٍ لقي الله وهو كعابد وثنٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
“barangsiapa meninggal sebagai peminum arak,ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan seperti penyembah berhala.” (HR. At-Thabrani, 12/45, Shahihul Jami’, 6525)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dizaman kita ini kita lihat begitu banyak merek minuman keras yang diproduksi baik secara lokal maupun asing,diantaranya tuak,topi mereng,wisky,alkohol,vodka,sampanye dll. Sungguh benar khabar nabi shallahu alahi wassalam akan terjadi pada umatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ليشربنّ ناسُ منْ أمنتيْ الخمرَ يسمّونها بغير اسمها</div>
<div style="text-align: justify;">
“sungguh akan ada golongan dari umatku yang meminum arak (tetapi) mereka menamakannya dengan nama yang lain.” (HR.Imam Ahmad 5/342, Shahihul Jami’ 5453)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka tidak menamakannya arak,tetapi menamakannya dengan minuman rohani, untuk menipu dan memperdaya orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri,sedang mereka tidak sadar.” (QS.al-Baqarah: 9)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menutupi tipu daya,fitnah, dan permainan orang yang tidak takut kepada Allah. Maka syariat islam menancapkan kaidah akan keharaman khamar/minuman keras sehingga jelas menetapkan keharamannya, sebagaimana sabda Nabi shallahu alaihi wassalam:</div>
<div style="text-align: justify;">
كلّ مسكر خمرُ و كلّ مسكر حرامٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
“setiap yang memabukkan adalah khamar, dan setiap yang memabukkan adalah haram.” (HR.muslim,3/1587)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi,setiap yang merusak akal dan memabukkan adalah hukumnya adalah haram, sedikit atau banyak [hadits yang mengatakan : “semua yang banyak jika memabukkan,maka sedikitpun diharamkan” riwayat Abu Dawud no.3681dan tertera dalam shahih beliau dengan no. 3128]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski berbeda-beda namanya,sebab pada hakekatnya jenis minumannya tetap satu dan hukumnya telah diketahui oleh kalangan umum.minuman keras saja begitu keras penekanan larangannya,tentunya narkoba lebih ditekankan lagi pelarangannya dikarenakan bahaya dan mudhorot yang ditimbulkannya.Perhatikanlah dan pahami sabda Nabi shallahu alahi wassalam dibawah ini wahai saudaraku muslim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“barangsiapa minum khamar dan mabuk, maka shalatnya tidak diterima selama 40 pagi, dan jika dia meninggal ia masuk neraka, (tetapi) manakala ia bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Dan jika kembali lagi minum dan mabuk, maka shalatnya tidak diterima selama 40 pagi, jika meninggal ia masuk neraka, (tetapi) manakala dia bertaubat, Allah menerima taubatnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan jika (masih) kembali lagi (minum khamar) maka adalah hak Allah memberinya minum dari radghatu khabal pada hari kiamat.” Mereka (shahabat nabi) bertanya: “wahai Rasulullah, apakah radghatu khabal itu? “Beliau menjawab : “cairan kotor (yang keluar dari tubuh) penghuni neraka.” (HR.Ibnu Majah,3377; Shahihul Jami’, 6312)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-25706346429460175682016-04-10T07:38:00.002-07:002016-04-10T07:38:42.090-07:00Bahaya Memakan Harta Haram<div style="text-align: justify;">
Setiap insan tentu mendambakan kehidupan yang berbahagia, damai dan jauh dari berbagai kesusahan. Untuk tujuan ini, orang rela mengorbankan harta, waktu dan tenaga yang mereka miliki demi meraih apa yang mereka ungkapkan sebagai ‘kebahagian dan ketenangan hidup yang sejati’.<a name='more'></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3LxeYrhpYArwcNIPmv1JNYAOzABbd-dap_gnKWqQlbGmhfISZBVxL0oaklnoA1OVO48SNwMGrFOX1_UJGFlLFvgvYrR-pFSiA-X2IiE_zeRHdhDljCdTtsCtRNxOmUi0xhBCSgvmE7dg/s1600/haram.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3LxeYrhpYArwcNIPmv1JNYAOzABbd-dap_gnKWqQlbGmhfISZBVxL0oaklnoA1OVO48SNwMGrFOX1_UJGFlLFvgvYrR-pFSiA-X2IiE_zeRHdhDljCdTtsCtRNxOmUi0xhBCSgvmE7dg/s320/haram.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ironisnya, dalam upaya mencari kebahagiaan dan ketenangan hidup ini, di antara mereka ada yang menempuh jalan yang keliru dan justru menjerumuskan mereka kedalam jurang kesengsaraan dan malapetaka, dengan mengikuti godaan dan tipu daya setan yang selalu menghiasi keburukan amal perbuatan manusia. Allah berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا ۖ فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah orang yang dihiasi perbuatannya yang buruk (oleh setan) lalu ia menganggap perbuatannya itu baik, (sama dengan dengan orang yang tidak diperdaya setan?), maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. [Fathir/35:8]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Yang Maha Menciptakan, Menguasai dan Mengatur alam semesta beserta semua makhluk di dalamnya, Dialah yang memiliki dan menguasai segala bentuk kebaikan dan kebahagiaan yang dibutuhkan oleh semua manusia, dan semua itu akan diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Katakanlah,”Ya Allah Yang maha memiliki semua kerajaan (kekuasaan di alam semesta), Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.[Ali ‘Imran/3:26].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan orang-orang yang dikehendaki dan dipilih-Nya untuk meraih kebahagiaan hidup adalah orang-orang beriman yang selalu berpegang teguh dengan petunjuk-Nya. Allah berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka jika datang kepadamu (wahai manusia) petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan tersesat dan tidak akan sengsara (dalam hidupnya). [Thaha/20:123].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ayat lain, Allah Azza wa Jalla berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik/bahagia (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [An-Nahl/16:97].</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>KETENANGAN HIDUP DIRAIH DENGAN MATERI DUNIAWI?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebanyakan manusia menilai dengan kebodohannya bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup diraih dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dan menggapai kedudukan duniawi setinggi-tingginya, sebagai akibat dari kuatnya dominasi hawa nafsu dan sifat materialistis dalam diri mereka. Allah Azza wa Jallaberfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedangkan tentang (kehidupan) akhirat mereka lalai. [ar-Rum/30:7].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya, mereka hanya memahami dan mengutamakan perhiasan duniawi yang tampak di mata mereka, sementara mereka melalaikan balasan kebaikan yang kekal abadi di akhirat [1]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, mereka berusaha sekuat tenaga dan berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan duniawi, tanpa mengenal lelah dan waktu. Sifat tamak ini, paling tidak akan menyeret mereka kepada dua kerusakan dan keburukan besar:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Cinta kepada dunia/harta yang berlebihan.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Ambisi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa peduli halal atau haram.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua kerusakan besar ini sudah cukup menjadi awal malapetaka besar bagi seorang hamba dan pada gilirannya akan membawa bencana-bencana besar lainnya, jika hamba dia tidak menyadari bahaya ini dan bertobat kepada Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Renungkanlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَالله ِ لاَ الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ, وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ, فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُو وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan (akan merusak agama) kalian, akan tetapi yang aku takutkan bagi kalian adalah jika (perhiasan) dunia dibentangkan (dijadikan berlimpah) bagi kalian sebagaimana (perhiasan) dunia dibentangkan bagi umat (terdahulu) sebelum kalian, maka kalian pun berlomba-lomba mengejar dunia sebagaimana mereka berlomba-lomba mengejarnya, sehingga (akibatnya) dunia (harta) itu membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan mereka [2]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Arti sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam “… sehingga (akibatnya) dunia (harta) itu membinasakan kalian”: dunia menjerumuskan kalian ke dalam (jurang) kebinasaan, disebabkan persaingan yang tidak sehat untuk mendapatkannya, kecintaan yang berlebihan terhadapnya serta kesibukan dalam mengejarnya sehingga melalaikan dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’aladan balasan di akhirat [3].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً, وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya pada setiap umat (kaum) ada fitnah (yang merusak/menyesatkan mereka) dan fitnah (pada) umatku adalah harta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maksudnya, menyibukkan diri dengan harta secara berlebihan adalah fitnah (yang merusak agama seseorang) karena harta dapat melalaikan pikiran manusia dari melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membuatnya lupa kepada akhirat, sebagaimana firman-Nya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu merupakan fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. [at-Taghabun/64:15][4].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam dua hadits di atas terdapat nasehat berharga bagi orang yang dibukakan baginya pintu-pintu harta, hendaknya dia mewaspadai bahaya dan fitnah harta, dengan tidak berlebihan dalam mencintainya dan terlalu berambisi dalam mengejarnya [5].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka mungkinkah seseorang akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya kalau sifat yang merupakan sumber kebinasaan dan bencana ini selalu ada pada dirinya?. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa malapetaka dan bencana yang menimpa orang yang memiliki sifat ini akan terus bertambah besar seiring dengan semakin rakusnya dia mengejar harta benda duniawi dan banyaknya dia mengkonsumsi harta yang haram. Hal ini dikarenakan secara tabiat, nafsu manusia tidak akan pernah merasa puas dan cukup dengan harta dan kemewahan dunia yang dimilikinya, bagaimanapun berlimpahnya [6], kecuali orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan hal ini dalam sabda beliau: “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang penuh berisi) harta/emas, maka dia pasti akan menginginkan lembah (harta) yang ketiga”[7].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sifat rakus inilah yang akan terus memacunya untuk mengejar harta dan mengumpulkannya siang dan malam, dengan mengorbankan apapun untuk tujuan tersebut dan tanpa memperdulikan cara-cara yang halal atau haram. Sehingga tenaga dan pikirannya akan terus terkuras untuk mengejar ambisi tersebut, dan ini merupakan kerusakan sekaligus siksaan besar bagi dirinya di dunia, sebelum siksaan yang lebih besar di akhirat nanti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ibnul Qayyim berkata:”Orang yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (kerusakan dan penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang tidak pernah hilang, keletihan yang berkepanjangan dan penyesalan yang tiada berakhir [8].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini, seorang Ulama Salaf berkata: “Barangsiapa yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan), maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam penderitaan”[9].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DAMPAK BURUK DAN BENCANA DARI HARTA YANG HARAM DALAM KEHIDUPAN MANUSIA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana yang kami paparkan di atas bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup sejati hanya Allah akan anugerahkan kepada orang-orang yang berpegang teguh dengan petunjuk-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, termasuk dalam hal ini, menjauhi harta haram dan segala sesuatu yang didapatkan dengan cara yang tidak dibenarkan dalam Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah enggan memberikan kebahagiaan dan ketenangan hidup bagi orang-orang yang berpaling dari petunjuk-Nya, di dunia dan akhirat, sebagaimana firman-Nya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ ﴿١٢٤﴾ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا ﴿١٢٥﴾ قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan/petunjuk-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (sengsara) (di dunia), dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Wahai Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat”. Allah berfirman: “Demikianlah, dulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu dilupakan. [Thaha/20:124-126].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku, (dengan) berpaling darinya, melupakannya dan mengambil selain petunjuknya, maka baginya penghidupan yang sempit/sengsara, yaitu di dunia, sehingga dia tidak akan merasakan ketenangan (hidup) dan tidak ada kelapangan dalam hatinya. Bahkan hatinya sempit dan sesak karena penyimpangannya, meskipun (terlihat) secara lahir (hidupnya) senang, berpakaian, makan dan bertempat tinggal sesukanya, akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan, keguncangan dan keraguan, karena dirinya jauh dari kebenaran dan petunjuk-Nya”[10].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka orang yang menimbun harta yang haram tidak mungkin merasakan kebahagiaan dan ketenangan sejati dalam hidupnya, berapapun banyaknya harta dan kemewahan duniawi yang dimilikinya, bahkan ini justru akan membawa penderitaan yang berkepanjangan dalam hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, secara khusus, beberapa ulama ahli tafsir menafsirkan ‘penghidupan yang sempit/sengsara’ dalam ayat ini dengan kasbul haram (penghasilan/harta yang haram)[11], yang menandakan bahwa harta haram merupakan salah satu faktor utama yang menjadikan manusia selalu ditimpa bencana dan kesulitan dalam hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ibnul Jauzi menukil ucapan Sahabat yang mulia, ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa beliau berkata:”Penghidupan yang sempit (artinya) disempitkan baginya pintu-pintu kebaikan (penghasilan yang halal), sehingga dia tidak mendapatkan petunjuk kepada kebaikan dan dia mempunyai pengahasilan yang haram sebagai usahanya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semakna dengan itu, Imam adh-Dhahhak dan ‘Ikrimah berkata, “Penghidupan yang sempit ini yaitu al-kasbul khabits (usaha/penghasilan yang buruk/haram)[12].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut ini, beberapa keburukan dan kerusakan akibat harta yang didapatkan dengan cara haram, sebagaimana yang dijelaskan dalam dalil-dalil dari al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Mengkonsumsi harta yang haram adalah perbuatan maksiat kepada Allah dan mengikuti langkah-langkah setat/Iblis. Allah berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ ﴿١٦٨﴾ إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, serta mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui. [al-Baqarah/2:168-169].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengikuti langkah-langkah syaithan adalah dengan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah dan mengahalalkan apa yang diharamkan-Nya, termasuk dalam hal ini memakan harta yang haram.[13]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Ancaman adzab Neraka bagi orang yang mengkonsumsi harta haram. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari (makanan) yang haram (dan) neraka lebih layak baginya”[14]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Mengkonsumsi harta haram adalah termasuk sebab utama tidak dikabulkannya doa dan ini adalah sebesar-besar bencana bagi hamba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda menceritakan tentang seorang laki-laki yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya acak-acakan, tubuhnya dipenuhi debu, ketika itu lelaki tersebut berdoa dengan mengangkat kedua tangannya ke langit dan menyebut nama Allah : Wahai Rabb, wahai Rabb…, lalu beliau bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Sedangkan) laki-laki tersebut mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak halal, pakaiannya pun tidak halal dan selalu diberi (makanan) yang tidak halal, maka bagaimana mungkin permohonannya akan dikabulkan (oleh Allah)?[15].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa orang tersebut sebenarnya telah menghimpun banyak faktor yang seharusnya memudahkan terkabulnya permohonan dan doanya, akan tetapi karena perbuatan maksiat yang dilakukannya, yaitu mengkonsumsi harta yang haram, sehingga dikabulkannya doa tersebut terhalangi.[16].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah makna firman Allah Azza wa Jalla :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwa sesungguhnya Aku Maha Dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam petunjuk [al-Baqarah/2:186].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah seorang ulama terdahulu, Yahya bin Mu’adz ar-Razi [17], mengungkapkan hal ini dalam ucapan beliau: “Janganlah sekali-kali kamu merasa (permohonanmu) terlalu lama tidak dikabulkan ketika kamu berdoa (kepada Allah), karena sungguh kamu (sendiri) yang telah menutup pintu-pintu pengabulan (doamu) dengan dosa-dosamu”.[18].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Musibah apa yang lebih besar bagi hamba jika doanya tidak dikabulkan oleh Allah? Bukankah setiap saat dia punya kebutuhan dalam urusan dunia maupun agama? Lalu siapakah yang dapat memenuhi kebutuhan dan memudahkan urusannya selain Allah? Siapakah yang dapat mengabulkan permohonannya jika Allah berpaling darinya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maha benar Allah Azza wa Jalla yang berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hai manusia, kamulah yang butuh kepada (rahmat) Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Maha Terpuji. [Fathir/35:15]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan karena doa merupakan inti dari ibadah shalat, maka dikhawatirkan shalat seorang yang mengkonsumsi harta yang haram tidak diterma oleh Allah. Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma berkata: “Allah tidak menerima shalat seorang yang di dalam perutnya ada (makanan) yang haram, sampai dia bertaubat kepada Allah dari perbuatan tersebut”[19].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Tidak diterimanya harta yang haram meskipun diinfakkan/dibelanjakan dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Sesungguhnya Allah Maha Baik dan Dia tidak menerima kecuali yang baik (halal)”[20].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata,”Barangsiapa yang menginfakkan (harta) yang haram dalam ketaatan (kepada Allah), maka dia seperti orang yang membersihkan (mencuci) pakaian dengan air kencing, padahal pakaian tidak dapat dibersihkan kecuali dengan air (yang bersih dan suci), (sebagaimana) dosa tidak dihapuskan kecuali dengan (harta) yang halal”[21].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Mengkonsumsi harta yang haram merupakan sebab terhalangnya seseorang dari melakukan amal shaleh, sebagaimana mengkonsumsi harta yang halal merupakan sebab yang memotivasi manusia untuk beramal shaleh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah mengisyaratkan eratnya keterkaitan antara mengkonsumsi makanan yang halal dengan semangat beramal shaleh, dalam firman-Nya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wahai rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik (halal), dan kerjakanlah amal yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.[al-Mukminun/23:51].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi makanan yang halal merupakan sebab yang mendorong manusia untuk beramal shaleh dan sebab diterimanya amal shaleh tersebut [22].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. Mengkonsumsi harta yang haram termasuk sifat mayoritas orang-orang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla (orang-orang Yahudi). Allah Azza wa Jalla berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَتَرَىٰ كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera berbuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. [al-Maidah/5:62]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka melakukan perbuatan ini berarti meniru dan menyerupai sifat mereka, padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka [23].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7. Tersebarnya harta yang haram merupakan sebab turunnya bencana dan azab dari Allah Azza wa Jalla kepada masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ,”Apabila perbuatan zina dan riba telah tampak (tersebar) di suatu desa, maka sungguh mereka telah mengundang azab (dari) Allah untuk menimpa mereka [24].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah makna firman Allah Azza wa Jalla :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksia)[25] manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [ar-Rum/30:41].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian juga firman-Nya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).[asy-Syura/42:30].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena keburukan dan kerusakan ini, Imam adz-Dzahabi memasukkan perbuatan mengkonsumsi harta yang haram dengan cara apapun termasuk dosa-dosa yang sangat besar dalam kitab al-Kabair (hlm.118).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>HARTA HALAL SEBAB KECUKUPAN, KELAPANGAN HATI DAN KETENANGAN HIDUP</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam doa masyhur yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
اَللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَكَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya Allah, berikanlah kecukupan bagiku dengan rezeki-Mu yang halal (dan jauhkanlah aku) dari yang haram, serta cukupkanlah aku dengan karunia-Mu (sehingga aku tidak butuh) kepada selain-Mu [26].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits yang agung ini memuat petunjuk bahwa rezeki yang halal adalah sebab kecukupan dan limpahan karunia dari Allah kepada manusia, dan jika Allah telah mencukupi seorang hamba dengan karunia-Nya maka siapakah yang dapat mencelakakan dan menghinakan hamba tersebut? Allah berfirman yang artinya: Bukankah Allah maka mencukupi hamba-Nya (dalam semua keperluannya)? [az-Zumar/39:36].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, kecukupan, kelapangan hati dan ketenangan hidup manusia hanya dapat diraih dengan mengikuti petunjuk Allah dan mengikuti ketentuan syariat-Nya, termasuk dalam hal ini mencukupkan diri dengan harta yang halal dan menjauhi yang haram.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Azza wa Jalla berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [an-Nahl/16:97].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para Ulama Salaf menafsirkan makna “kehidupan yang baik (di dunia)” dalam ayat di atas denga “kebahagiaan hidup” atau “rezeki yang halal” dan kebaikan-kebaikan lainnya [27].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ayat lain, Allah menjanjikan kemudahan dan terbukanya pintu rezeki bagi orang yang selalu berpegang teguh dengan syariat-Nya, tidak terkecuali dalam hal mencari penghasilan yang baik dan halal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Azza wa Jalla berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا﴿٢﴾وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. [ath-Thalaq/65:2-3].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ayat berikutnya, Allah Azza wa Jalla berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya. [ath-Thalaq/65:4].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya, Allah Azza wa Jalla akan meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta mengadakan jalan keluar dan solusi yang segera baginya (untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya) [28].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>SIFAT QANA’AH (SELALU MERASA CUKUP) ADALAH KEKAYAAN YANG PALING BERHARGA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sifat rakus dan ambisi besar untuk mengejar perhiasan dunia menyeret seorang manusia untuk tidak pernah merasa puas sehingga dia selalu merasa hidup dalam kekurangan dan ketidakbahagiaan, bagaimanapun berlimpahnya harta yang dimilikinya, dan cukuplah ini sebagai bencana besar yang selalu menyertai hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Renungkanlah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut: Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, ia berkata,”Kami mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) dihadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya, maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)”[29].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, yang menentukan kebahagiaan hidup dan ketenangan hati seorang hamba, dengan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sifat qana’ah (merasa cukup dan puas dengan rezeki halal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan) yang akan melahirkan sikap ridha dan selalu merasa cukup dalam diri manusia, dan inilah kekayaan yang sebenarnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya kemewahan dunia (harta), akan tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (kecukupan) dalam jiwa (hati)”[30].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sifat qana’ah ini adalah salah satu ciri yang menunjukkan kesempurnaan iman seseorang, karena sifat ini menunjukkan keridhaan orang terhadap segala ketentuan dan takdir Allah Azza wa Jalla.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
”Akan merasakan manisnya (kesempurnaan) iman, orang yang ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Rabb-nya dan Islam sebagai agamanya serta (Nabi) Muhammad sebagai rasul-nya”. [HR. Muslim no.34].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Arti “ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Rabb” adalah ridha kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan yang tidak diberikan-Nya[31].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih daripada itu, orang yang memiliki sifat qana’ah dialah yang akan meraih kebaikan dan kemuliaan dalam hidupnya di dunia dan di akhirat nanti, meskipun harta yang dimilikinya tidak banyak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang Allah berikan kepadanya” [HR. Muslim no.1054].</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-35495045127041193272016-04-10T07:33:00.000-07:002016-04-10T07:33:17.711-07:00Adab Ketika Hutang Piutang<div style="text-align: justify;">
Di dalam kehidupan sehari-hari ini, kebanyakan manusia tidak terlepas dari yang namanya hutang piutang. Sebab di antara mereka ada yang membutuhkan dan ada pula yang dibutuhkan. Demikianlah keadaan manusia sebagaimana Allah tetapkan, ada yang dilapangkan rezekinya hingga berlimpah ruah dan ada pula yang dipersempit rezekinya, tidak dapat mencukupi kebutuhan pokoknya sehingga mendorongnya dengan terpaksa untuk berhutang atau mencari pinjaman dari orang-orang yang dipandang mampu dan bersedia memberinya pinjaman.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzn1NM4tGC_kC4YIbX78M-CKF1tT0Z1_J0KvHWudagc3salhfDGEgPUVVaGmTDk3wtrE4ZL_M-Hr-ekLvFoosd9uAQyDsxHaTYCkT6xAjIJqBuYPoPPXrY8R62mM03MkxuOxmiCaMMBYU/s1600/hutang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzn1NM4tGC_kC4YIbX78M-CKF1tT0Z1_J0KvHWudagc3salhfDGEgPUVVaGmTDk3wtrE4ZL_M-Hr-ekLvFoosd9uAQyDsxHaTYCkT6xAjIJqBuYPoPPXrY8R62mM03MkxuOxmiCaMMBYU/s1600/hutang.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ajaran Islam, utang-piutang adalah muamalah yang dibolehkan, tapi diharuskan untuk ekstra hati-hati dalam menerapkannya. Karena utang bisa mengantarkan seseorang ke dalam surga, dan sebaliknya juga menjerumuskan seseorang ke dalam neraka. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENGERTIAN HUTANG PIUTANG:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam fiqih Islam, hutang piutang atau pinjam meminjam telah dikenal dengan istilah Al-Qardh. Makna Al-Qardh secara etimologi (bahasa) ialah Al-Qath’u yang berarti memotong. Harta yang diserahkan kepada orang yang berhutang disebut Al-Qardh, karena merupakan potongan dari harta orang yang memberikan hutang. (Lihat Fiqh Muamalat (2/11), karya Wahbah Zuhaili)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan secara terminologis (istilah syar’i), makna Al-Qardh ialah menyerahkan harta (uang) sebagai bentuk kasih sayang kepada siapa saja yang akan memanfaatkannya dan dia akan mengembalikannya (pada suatu saat) sesuai dengan padanannya. (Lihat Muntaha Al-Iradat (I/197). Dikutip dari Mauqif Asy-Syari’ah Min Al-Masharif Al-Islamiyyah Al-Mu’ashirah, karya DR. Abdullah Abdurrahim Al-Abbadi, hal.29).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Atau dengan kata lain, Hutang Piutang adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dengan jumlah yang sama. Jika peminjam diberi pinjaman Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) maka di masa depan si peminjam akan mengembalikan uang sejumlah satu juta juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>HUKUM HUTANG PIUTANG:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hukum Hutang piutang pada asalnya diperbolehkan dalam syariat Islam. Bahkan orang yang memberikan hutang atau pinjaman kepada orang lain yang sangat membutuhkan adalah hal yang disukai dan dianjurkan, karena di dalamnya terdapat pahala yang besar. Adapun dalil-dalil yang menunjukkan disyariatkannya hutang piutang ialah sebagaimana berikut ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalil dari Al-Qur’an adalah firman Allah I: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah: 245)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan dalil dari Al-Hadits adalah apa yang diriwayatkan dari Abu Rafi’, bahwa Nabi r pernah meminjam seekor unta kepada seorang lelaki. Aku datang menemui beliau membawa seekor unta dari sedekah. Beliau menyuruh Abu Rafi’ untuk mengembalikan unta milik lelaki tersebut. Abu Rafi’ kembali kepada beliau dan berkata, “Wahai Rasulullah! Yang kudapatkan hanya-lah sesekor unta ruba’i terbaik?” Beliau bersabda, “Berikan saja kepadanya. Sesungguhnya orang yang terbaik adalah yang paling baik dalam mengembalikan hutang.”(HR. Bukhari dalam Kitab Al-Istiqradh, baba istiqradh Al-Ibil (no.2390), dan Muslim dalam kitab Al-musaqah, bab Man Istaslafa Syai-an Fa Qadha Khairan Minhu (no.1600)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi r juga bersabda: “Setiap muslim yang memberikan pinjaman kepada sesamanya dua kali, maka dia itu seperti orang yang bersedekah satu kali.” (Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albani di dalam Irwa’ Al-ghalil Fi Takhrij Ahadits manar As-sabil (no.1389)).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara dari Ijma’, para ulama kaum muslimin telah berijma‘ tentang disyariatkannya hutang piutang (peminjaman).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun hokum berhutang atau meminta pinjaman adalah diperbolehkan, dan bukanlah sesuatu yang dicela atau dibenci, karena Nabi r pernah berhutang. (HR. Bukhari IV/608 (no.2305), dan Muslim VI/38 (no.4086)).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun meskipun berhutang atau meminta pinjaman itu diperbolehkan dalam syariat Islam, hanya saja Islam menyuruh umatnya agar menghindari hutang semaksimal mungkin jika ia mampu membeli dengan tunai atau tidak dalam keadaan kesempitan ekonomi. Karena hutang, menurut Rasulullah r, merupakan penyebab kesedihan di malam hari dan kehinaan di siang hari. Hutang juga dapat membahayakan akhlaq, sebagaimana sabda Rasulullah r: “Sesungguhnya seseorang apabila berhutang, maka dia sering berkata lantas berdusta, dan berjanji lantas memungkiri.” (HR. Bukhari).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah r pernah menolak menshalatkan jenazah seseorang yang diketahui masih meninggalkan hutang dan tidak meninggalkan harta untuk membayarnya. Rasulullah r bersabda: “Akan diampuni orang yang mati syahid semua dosanya, kecuali hutangnya.” (HR. Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana Islam mengatur berhutang-piutang yang membawa pelakunya ke surga dan menghindarkan dari api neraka? Perhatikanlah adab-adabnya di bawah ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>BEBERAPA ADAB ISLAMI DALAM HUTANG PIUTANG:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[1]. Hutang piutang harus ditulis dan dipersaksikan.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalilnya firman Allah I: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli ; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian) maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah ; Allah mengajarmu ; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah: 282)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berkaitan dengan ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “ini merupakan petunjuk dariNya untuk hambaNya yang mukmin. Jika mereka bermu’amalah dengan transaksi non tunai, hendaklah ditulis, agar lebih terjaga jumlahnya dan waktunya dan lebih menguatkan saksi. Dan di ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan salah satu ayat : “Hal itu lebih adil di sisi Allah dan memperkuat persaksian dan agar tidak mendatangkan keraguan”. (Lihat Tafsir Al-Quran Al-Azhim, III/316).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[2]. Pemberi hutang atau pinjaman tidak boleh mengambil keuntungan atau manfaat dari orang yang berhutang.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaidah fikih berbunyi : “Setiap hutang yang membawa keuntungan, maka hukumnya riba”. Hal ini terjadi jika salah satunya mensyaratkan atau menjanjikan penambahan. Dengan kata lain, bahwa pinjaman yang berbunga atau mendatangkan manfaat apapun adalah haram berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ para ulama. Keharaman itu meliputi segala macam bunga atau manfaat yang dijadikan syarat oleh orang yang memberikan pinjaman kepada si peminjam. Karena tujuan dari pemberi pinjaman adalah mengasihi si peminjam dan menolongnya. Tujuannya bukan mencari kompensasi atau keuntungan. (Lihat Al-Fatawa Al-Kubra III/146,147)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan dasar itu, berarti pinjaman berbunga yang diterapkan oleh bank-bank maupun rentenir di masa sekarang ini jelas-jelas merupakan riba yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. sehingga bisa terkena ancaman keras baik di dunia maupun di akhirat dari Allah ta’ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Shalih Al-Fauzan –hafizhahullah– berkata : “Hendaklah diketahui, tambahan yang terlarang untuk mengambilnya dalam hutang adalah tambahan yang disyaratkan. (Misalnya), seperti seseorang mengatakan “saya beri anda hutang dengan syarat dikembalikan dengan tambahan sekian dan sekian, atau dengan syarat anda berikan rumah atau tokomu, atau anda hadiahkan kepadaku sesuatu”. Atau juga dengan tidak dilafadzkan, akan tetapi ada keinginan untuk ditambah atau mengharapkan tambahan, inilah yang terlarang, adapun jika yang berhutang menambahnya atas kemauan sendiri, atau karena dorongan darinya tanpa syarat dari yang berhutang ataupun berharap, maka tatkala itu, tidak terlarang mengambil tambahan. (Lihat Al-Mulakhkhash Al-Fiqhi, Shalih Al-Fauzan, II/51).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[3]. Kebaikan sepantasnya dibalas dengan kebaikan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abu Hurairah t, ia berkata: “Nabi mempunyai hutang kepada seseorang, (yaitu) seekor unta dengan usia tertentu.orang itupun datang menagihnya. (Maka) beliaupun berkata, “Berikan kepadanya” kemudian mereka mencari yang seusia dengan untanya, akan tetapi mereka tidak menemukan kecuali yang lebih berumur dari untanya. Nabi (pun) berkata : “Berikan kepadanya”, Dia pun menjawab, “Engkau telah menunaikannya dengan lebih. Semoga Allah I membalas dengan setimpal”. Maka Nabi r bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik dalam pengembalian (hutang)”.( HR. Bukhari, kitab Al-Wakalah, no. 2305)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Jabir bin Abdullah t ia berkata: “Aku mendatangi Nabi r di masjid, sedangkan beliau mempunyai hutang kepadaku, lalu beliau membayarnya dam menambahkannya”. (HR. Bukhari, kitab Al-Istiqradh, no. 2394)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[4]. Berhutang dengan niat baik dan akan melunasinya</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika seseorang berhutang dengan tujuan buruk, maka dia telah berbuat zhalim dan dosa. Diantara tujuan buruk tersebut seperti:</div>
<div style="text-align: justify;">
a). Berhutang untuk menutupi hutang yang tidak terbayar</div>
<div style="text-align: justify;">
b). Berhutang untuk sekedar bersenang-senang</div>
<div style="text-align: justify;">
c). Berhutang dengan niat meminta. Karena biasanya jika meminta tidak diberi, maka digunakan istilah hutang agar mau memberi.</div>
<div style="text-align: justify;">
d). Berhutang dengan niat tidak akan melunasinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abu Hurairah t, ia berkata bahwa Nabi r bersabda: “Barangsiapa yang mengambil harta orang lain (berhutang) dengan tujuan untuk membayarnya (mengembalikannya), maka Allah I akan tunaikan untuknya. Dan barangsiapa mengambilnya untuk menghabiskannya (tidak melunasinya, pent), maka Allah I akan membinasakannya”. (HR. Bukhari, kitab Al-Istiqradh, no. 2387)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits ini hendaknya ditanamkan ke dalam diri sanubari yang berhutang, karena kenyataan sering membenarkan sabda Nabi diatas. Berapa banyak orang yang berhutang dengan niat dan tekad untuk menunaikannya, sehingga Allah pun memudahkan baginya untuk melunasinya. Sebaliknya, ketika seseorang bertekad pada dirinya, bahwa hutang yang dia peroleh dari seseorang tidak disertai dengan niat yang baik, maka Allah I membinasakan hidupnya dengan hutang tersebut. Allah I melelahkan badannya dalam mencari, tetapi tidak kunjung dapat. Dan dia letihkan jiwanya karena memikirkan hutang tersebut. Kalau hal itu terjadi di dunia yang fana, bagaimana dengan akhirat yang kekal nan abadi?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[5]. Tidak boleh melakukan jual beli yang disertai dengan hutang atau peminjaman</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Mayoritas ulama menganggap perbuatan itu tidak boleh. Tidak boleh memberikan syarat dalam pinjaman agar pihak yang berhutang menjual sesuatu miliknya, membeli, menyewakan atau menyewa dari orang yang menghutanginya. Dasarnya adalah sabda Nabi: “Tidak dihalalkan melakukan peminjaman plus jual beli.” (HR. Abu Daud no.3504, At-Tirmidzi no.1234, An-Nasa’I VII/288. Dan At-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih”).</div>
<div style="text-align: justify;">
Yakni agar transaksi semacam itu tidak dimanfaatkan untuk mengambil bunga yang diharamkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[6]. Jika terjadi keterlambatan karena kesulitan keuangan, hendaklah orang yang berhutang memberitahukan kepada orang yang memberikan pinjaman.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena hal ini termasuk bagian dari menunaikan hak yang menghutangkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Janganlah berdiam diri atau lari dari si pemberi pinjaman, karena akan memperparah keadaan, dan merubah hutang, yang awalnya sebagai wujud kasih sayang, berubah menjadi permusuhan dan perpecahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[7]. Menggunakan uang pinjaman dengan sebaik mungkin. Menyadari, bahwa pinjaman merupakan amanah yang harus dia kembalikan.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah bersabda: “Tangan bertanggung jawab atas semua yang diambilnya, hingga dia menunaikannya”. (HR. Abu Dawud dalam Kitab Al-Buyu’, Tirmidzi dalam kitab Al-buyu’, dan selainnya).</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[8]. Diperbolehkan bagi yang berhutang untuk mengajukan pemutihan atas hutangnya atau pengurangan, dan juga mencari perantara (syafa’at) untuk memohonnya.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Jabir bin Abdullah t, ia berkata: (Ayahku) Abdullah meninggal dan dia meninggalkan banyak anak dan hutang. Maka aku memohon kepada pemilik hutang agar mereka mau mengurangi jumlah hutangnya, akan tetapi mereka enggan. Akupun mendatangi Nabi r meminta syafaat (bantuan) kepada mereka. (Namun) merekapun tidak mau. Beliau r berkata, “Pisahkan kormamu sesuai dengan jenisnya. Tandan Ibnu Zaid satu kelompok. Yang lembut satu kelompok, dan Ajwa satu kelompok, lalu datangkan kepadaku.” (Maka) akupun melakukannya. Beliau r pun datang lalu duduk dan menimbang setiap mereka sampai lunas, dan kurma masih tersisa seperti tidak disentuh. (HR. Bukhari kitab Al-Istiqradh, no. 2405).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[9]. Bersegera melunasi hutang</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang yang berhutang hendaknya ia berusaha melunasi hutangnya sesegera mungkin tatkala ia telah memiliki kemampuan untuk mengembalikan hutangnya itu. Sebab orang yang menunda-menunda pelunasan hutang padahal ia telah mampu, maka ia tergolong orang yang berbuat zhalim. Sebagaimana sabda Nabi r: “Menunda (pembayaran) bagi orang yang mampu merupakan suatu kezhaliman”. (HR. Bukhari no. 2400, akan tetapi lafazhnya dikeluarkan oleh Abu Dawud, kitab Al-Aqdhiah, no. 3628 dan Ibnu Majah, bab Al-Habs fiddin wal Mulazamah, no. 2427).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Abu Hurairah t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r: “Sekalipun aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, aku tidak akan senang jika tersisa lebih dari tiga hari, kecuali yang aku sisihkan untuk pembayaran hutang”. (HR Bukhari no. 2390)</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[10]. Memberikan Penangguhan waktu kepada orang yang sedang kesulitan dalam melunasi hutangnya setelah jatuh tempo.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah berfirman: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 280).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Abul Yusr, seorang sahabat Nabi, ia berkata, Rasulullah r bersabda: “Barangsiapa yang ingin dinaungi Allah dengan naungan-Nya (pada hari kiamat, pent), maka hendaklah ia menangguhkan waktu pelunasan hutang bagi orang yang sedang kesulitan, atau hendaklah ia menggugurkan hutangnya.” (Shahih Ibnu Majah no. 1963)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-21832956773093210522016-04-10T07:26:00.001-07:002016-04-10T07:26:48.151-07:00Memberikan Hadiah Kepada Anak Dengan Adil<div style="text-align: justify;">
Haram bagi orang tua memberikan hadiah hanya kepada salah satu anaknya tanpa yang lain. Demikian pula memberikan kepada salah satu anak hadiah atau pemberian yang lebih banyak dibandingkan dengan anak yang lain. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bertakwalah kalian kepada Allah dan berlakulah adil diantara anak anakmu.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud, shahih li ghairihi).</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIE6n1Uy2L2eWqWzOmhM68sxVWXFivujrlZWLlHSOXfWLFWk1y3wMAXIj2WS12bE5jJHqKvfJar_6fE3fw58yUJwl4_lCMdgb9lh9CUwnI26cz0n2EkLDkB2Uf90URfvThexovHCC-HFo/s1600/hadiah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIE6n1Uy2L2eWqWzOmhM68sxVWXFivujrlZWLlHSOXfWLFWk1y3wMAXIj2WS12bE5jJHqKvfJar_6fE3fw58yUJwl4_lCMdgb9lh9CUwnI26cz0n2EkLDkB2Uf90URfvThexovHCC-HFo/s320/hadiah.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketentuan di atas berlaku untuk pemberian orang tua kepada anak yang murni sekedar pemberian. Sedangkan jika pemberian orang tua itu dalam rangka memberi nafkah dan membantu kebutuhan anak, maka adil dalam hal ini masing masing anak diberi sebesar apa yang menjadi kebutuhannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Misal anak pertama memerlukan biaya pernikahan sedangkan anak yang lain belum baligh. Akhirnya orang tua memberikan uang sebesar 50 ribu real (Arab Saudi) kepada anak laki-lakinya yang hendak menikah, sedangkan yang belum baligh tidak boleh diberi uang sebesar itu. Andai orang tua memberikan kepada anak yang belum baligh uang sebesar itu, maka dia berdosa karena biaya nikah anak laki-laki itu bagian dari nafkah yang menjadi kewajiban orang tua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian pula boleh bagi orang tua memberikan kepada anaknya yang sudah besar, pemberian yang nilainya lebih besar dari pada pemberian untuk anak yang masih kecil. Andai anak yang sudah agak besar membutuhkan uang sebesar seratus real, sedangkan anak yang masih kecil kebutuhannya sudah tercukupi dengan sepuluh real, maka orang tua tidak perlu menyimpankan untuk si kecil uang sebesar 90 real, tindakan semacam ini tidaklah diperbolehkan. Karena pemberian orang tua berdasarkan kebutuhan si anak itu, besarannya mengikuti besaran kebutuhan si anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, jika salah satu perlu mendapatkan pengobatan dengan biaya yang besar, maka anak yang tidak sakit tidak perlu diberi uang sebesar biaya pengobatan saudaranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesimpulannya, adil dalam pemberian orang tua untuk anaknya karena kebutuhan anak atau pemberian yang berstatus nafkah adalah masing masing anak diberi sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan adil dalam pemberian orang tua kepada anak yang murni atau semata-mata pemberian adalah tidak ada anak yang diberi lebih banyak dari pada anak yang lain.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-38281304859475735452016-04-10T07:22:00.001-07:002016-04-10T07:22:20.910-07:00Hukum Menunda Gaji Para Pekerja<div style="text-align: justify;">
Kewajiban bagi majikan adalah memberikan gaji atau upah kepada orang yang telah bekerja padanya. Dalam fikih Islam, upah atau gaji dikenal dengan istilah ijarah. Dalam al-Mujam al-Wasit, ijarah didefinisikan dengan upah atas pekerjaan dan akad manfaat dengan ganti rugi. Ijarah juga sebagai kompensasi jasa, manfaat, dan mahar.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiotr72ZWymyV5Quc1CgDugAt1yeX7muLJkdIV0F2hoWtijmG-Vqk5hUGkjcZZMUhFGNhEQ2CtU5-MEoFQE7SByIUZ7n_1P-bwawSft7UnT2A9ImdxUjhyphenhyphenfa5ul2orfwwxWojuvSZscyTI/s1600/gaji.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiotr72ZWymyV5Quc1CgDugAt1yeX7muLJkdIV0F2hoWtijmG-Vqk5hUGkjcZZMUhFGNhEQ2CtU5-MEoFQE7SByIUZ7n_1P-bwawSft7UnT2A9ImdxUjhyphenhyphenfa5ul2orfwwxWojuvSZscyTI/s320/gaji.jpg" width="240" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam al-Mujam al-Wasit juga disebutkan standardisasi ijarah. Standar ijarah yang diterima pekerja adalah upah yang mencukupi si pegawai untuk hidup dengan kehidupan yang tenang dan nyaman. Lantas, bagaimanakah teknis membayarkan ijarah kepada karyawan dalam fikih Islam? Apakah boleh menunda atau melambatkan pemberian gaji?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan hal yang dipersilisihkan lagi di kalangan fuqaha, pembayaran ijarah adalah sesuatu yang harus disegerakan. Seorang majikan tidak boleh menunda atau melambat-lambatkan penunaian ijarah, padahal ia mampu membayarkannya dengan segera.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini berdalil dengan hadis dari Abdullah bin Umar RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering." (HR Ibnu Majah). Hadis sahih ini berupa perintah yang wajib ditunaikan para majikan. Haram hukumnya menangguhkan gaji pekerja tanpa alasan yang syar'i.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pekerja yang dalam akad (kontrak kerja) digaji bulanan, maka di akhir bulan harus segera dibayarkan gajinya. Demikian juga pekerja harian, setelah selesai ia bekerja sehari itu, gajinya harus dibayarkan. Rasulullah SAW mengibaratkan jarak waktu pemberian upah dan selesainya pekerjaan dengan keringat. Jangan sampai keringatnya mengering, artinya sesegera mungkin setelah ia menyelesaikan pekerjaannya. Tidak menunggu esok, apalagi lusa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam al-Munawi mengatakan, seorang majikan yang menunda pemberian gaji, berarti ia sudah melakukan kezaliman kepada pekerjanya. "Diharamkan menunda pemberian gaji, padahal ia mampu menunaikannya tepat waktu. Yang dimaksud memberikan gaji sebelum keringat si pekerja kering adalah ungkapan untuk menunjukkan diperintahkannya memberikan gaji setelah pekerjaan itu selesai ketika si pekerja meminta walau keringatnya tidak kering atau keringatnya telah kering," demikian disebutkan al Munawi dalam Faidhul Qodir (jilid 1: hal 718).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam al-Munawi berdalil dengan hadis Rasulullah SAW, "Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezaliman" (HR Bukhari Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Majikan yang suka menunda-nunda gaji para karyawannya sebenarnya mendapatkan ancaman serius dalam jinayah hukum Islam. Menurut al Munawi, majikan tersebut halal kehormatannya dan layak mendapatkan hukuman. Hal ini berdalil dengan hadis Rasulullah SAW, "Orang yang menunda kewajiban, halal kehormatan dan pantas mendapatkan hukuman." (HR Abu Daud, Nasa-i, Ibnu Majah).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Halal kehormatannya maksudnya ia termasuk dalam salah satu daftar orang yang boleh dibukakan aibnya kepada orang lain. Menunda penunaian gaji adalah salah satu bentuk kezaliman yang boleh dibeberkan tanpa perlu khawatir hal itu termasuk gibah (menggunjing orang lain).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak hanya itu, jika majikan yang menunda pembayaran gaji karyawannya sudah pada tahap meresahkan, pihak berwenang bisa saja memberikan hukuman. Menurut al Munawi, ia bisa dihukum karena sikap menahan gaji adalah tindak kejahatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak hal dilakukan pihak perusahaan untuk mengakali penunaian gaji para karyawannya. Perusahaan ingin agar gaji karyawannya bisa diundur dari waktu yang semestinya. Misalkan, gaji karyawan yang digaji secara bulanan, pembayarannya dilakukan di pertengahan bulan selanjutnya. Walau karyawan tetap menerima gaji setiap bulan, mereka tetap saja dizalimi. Hal ini juga tidak diperbolehkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Mausuah al-fiqh al-Islami (3:534) disebutkan, orang yang suka menahan ijarah atau malah memakannya, maka Allah akan menjadi musuhnya pada hari kiamat. Hal ini berdalil dengan hadis qudsi dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT berfirman, ‘Ada tiga jenis orang yag aku berperang melawan mereka pada hari kiamat, seseorang yang bersumpah atas namaku lalu mengingkarinya, seseorang yang berjualan orang merdeka lalu memakan (uang dari) harganya, dan seseorang yang memperkerjakan pekerja kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya namun tidak dibayar upahnya." (HR Bukhari).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al Lajnah Ad Daimah (Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia) pernah ditanya terkait kasus majikan yang menahan gaji para karyawannya. Dalam situs resminya, para ulama yang tergabung dalam Al Lajnah Ad Daimah tersebut mengecam tindakan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lantas bagaimana jika para karyawan ridha dengan sikap majikannya yang menahan pembayaran gaji? Hal ini juga pernah ditanyakan kepada Al Lajnah Ad Daimah Saudi Arabia. Penanya memaparkan kasus seorang majikan yang tidak mau memberikan upah kepada para pekerjanya (pembantu rumah tangga). Upah baru diberikan ketika pekerja tersebut akan pulang ke negerinya setelah setahun atau dua tahun. Namun, para pekerja tersebut ridha karena mereka tidak terlalu butuh untuk mendapatkan gaji setiap bulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ulama Lajnah mengatakan, harus ada kejelasan akad antara pekerja dan majikannya. Jika mereka ridha pembayaran gaji dibayarkan setelah satu tahun atau ketika mereka akan pulang ke tanah airnya, hal ini tidak mengapa. Yang terpenting adalah kejelasan akad antara majikan dan pekerja agar di kemudian hari tidak ada yang dikecewakan. </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-34222003199083303652016-04-10T07:17:00.002-07:002016-04-10T07:17:32.992-07:00Hukum Memberi Dengan Mengharap Imbalan<div style="text-align: justify;">
Pada awalnya saya merasa heran dengan kondisi masyarakat saat ini yang begitu bersemangat untuk bersedekah. Banyak sekali manusia yang mengajak manusia lainnya untuk bersedekah. Akan tetapi, ada kesan yang menempel pada benak saya, kesan bahwa semangat bersedekah dan mengkampanyekan sedekah itu cenderung membuat manusia bersedekah hanya untuk mengharapkan balasan harta berkali lipat dari yang disedekahkan.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhupsAlb3fUS82IAeKFzfGsoFvLFRSRfikyQGbPi8iT4YbtmHcl3mcosjDFcgNUV8RyNST2LB8ZPvNmJiil3Hq3AWHhwLEllF4WBUOiWq8iZylxnYzoYvuSAoT2ZC-6_ZCP0ThM4UNIztg/s1600/memberi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhupsAlb3fUS82IAeKFzfGsoFvLFRSRfikyQGbPi8iT4YbtmHcl3mcosjDFcgNUV8RyNST2LB8ZPvNmJiil3Hq3AWHhwLEllF4WBUOiWq8iZylxnYzoYvuSAoT2ZC-6_ZCP0ThM4UNIztg/s320/memberi.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Misalnya saja, dikatakan jika ingin mendapatkan target harta sekian, bersedekahlah 10% dari target harta tersebut. Atau, jika terlilit utang, bersedekahlah 10% dari total utang tersebut. Begitulah kesan yang beredar. Diakui atau tidak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walhamdulillah, kemarin terdengar suara murottal dengan terjemahannya melewati surat Al Muddatstsir ayat ke 6, begini bunyinya :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan yang saya dapatkan dari Tafsir Ibnu Katsir tentang ayat ini</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Abbas mengatakan bahwa janganlah kamu memberikan suatu pemberian dengan maksud agar memperoleh balasan yang lebih banyak darinya. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Atha’, Thawus, Abul Ahwash, Ibrahim An Nakha’i, Adh Dhahhak, Qadatah, dan As Saddi serta lainnya. Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Mas’ud, bahwa dia membaca firman-Nya dengan bacaan berikut, “Dan janganlah kamu merasa memberi dengan banyak.” Al Hasan Al Bashri mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa janganlah kamu merasa beramal banyak kepada Tuhanmu. Hal yang sama dikatakan oleh Ar Rabi’ ibnu Anas. Pendapat inilah yang dipilih Ibnu Jarir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Khashif telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman Allah</div>
<div style="text-align: justify;">
وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yakni janganlah kamu merasa lemah diri untuk berbuat banyak kebaikan. Mujahid mengatakan bahwa orang Arab mengatakan tamannana, artinya merasa lemah diri. Ibnu Zaid mengatakan, janganlah kamu merasa berjasa dengan kenabianmu terhadap manusia dengan maksud ingin memperbanyak dari mereka imbalan jasa beripa dunia. Keempat pendapat ini yang paling kuat diantaranya adalah yang pertama. Wallahu a’lam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang benar Allah menjanjikan balasan berlipat bagi siapa yang berinfaq di jalan Allah. Namun, hendaknya kita tetap menjaga niat sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari pada hadits pertama</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia niatkan.”</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-58897873983697799032016-04-10T07:14:00.000-07:002016-04-10T07:14:03.584-07:00Bahaya Merampas Tanah Dengan Paksa<div style="text-align: justify;">
Memiliki lahan di atas tanah sendiri tentu menjadi salah satu kenikmatan yang harus disyukuri. Dengan mempunyai tanah, seseorang bisa membangun rumah, bercocok tanam dan menjadi harta untuk diwariskan kepada anak atau cucu-cucunya.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj88XsC7UzHjKVlwU8noYtcIDXIiMf8UoVx5vbFzS06nzdckW_ibiT-eQOwA0F3mDM3oTOr2xOFh5GjOxKF8KeonFx4AYX73kHiXP07hEyT7urrvwUl9EXe9dZp8QnhSbEXIFrLwHk7arw/s1600/tanah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj88XsC7UzHjKVlwU8noYtcIDXIiMf8UoVx5vbFzS06nzdckW_ibiT-eQOwA0F3mDM3oTOr2xOFh5GjOxKF8KeonFx4AYX73kHiXP07hEyT7urrvwUl9EXe9dZp8QnhSbEXIFrLwHk7arw/s320/tanah.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbicara tentang tanah, banyak dampak sosial yang muncul dari jenis harta yang satu ini. Tidak dipungkiri, dengan melangitnya harga tanah, membuat banyak pihak tergiur untuk memilkinya. Bahkan dengan cara-cara yang tidak halal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun tanah itu pada hakikatnya adalah milik Allah, namun Dia sudah menitipkan kepada orang yang dikehendaki. Balasan orang yang mengambil tanah pun tidak main-main. Meski hanya sejengkal, orang yang merebut tanah orang lain akan mendapat balasan yang pedih. Seperti apa? Berikut ulasannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak kasus perebutan tanah yang marak terjadi saat ini. Bahkan di antara mereka ada yang merampas secara paksa tanah orang lain untuk dimiliki demi kepentingan pribadi. Padahal sebenarnya orang yang mengambil tanah secara paksa, walaupun hanya sejengkal akan diberi ganjaran oleh Allah di akhirat kelak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Ash-Shahihain, dari Sa’ad bi Zaid dan selainnya, dari Rasullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengambil sejengkal tanah secara zalim, maka Allah akan mengalunginya dengan tujuh bumi (pada hari kiamat)” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh menakutkan balasan yang akan diperoleh ketika seseorang merampas tanah orang lain ataupu hal lainnya dengan cara paksa dan zalim. Bukan hanya siksa di dunia saja yang akan diperoleh, namun siksa di akhirat juga sudah menanti. Bahkan, mereka akan masuk ke dalam neraka karena perbuatannya tersebut. Rasulullah SAW bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Barangsiapa merampas hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan baginya surga,” maka salah seorang bertanya,”Meskipun sedikit, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Ya, meskipun hanya setangkai kayu sugi (siwak).”[HR Muslim]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perbuatan suka mengambil secara zalim hak orang lain itu biasa dikenal kenal ghasb. Menurut istilah, ghasb memiliki pengertian mengambil atau menguasai sesuatu secara zalim dan aniaya tanpa hak. Perbuatan ini tentu saja dilarang oleh Allah SWT dan termasuk dalam kategori haram. Allah Ta’ala berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,” (QS. An Nisaa’: 29).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di samping itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak halal mengambil harta seorang muslim kecuali dengan kerelaan dirinya,” (HR. Abu Dawud dan Daruquthni, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7662).</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3284391266906020138.post-42274940844132837242016-04-10T07:09:00.001-07:002016-04-10T07:09:43.319-07:00Hukum Memberi atau Menerima Suap<div style="text-align: justify;">
Salah satu perkara yang diharamkan di dalam agama Islam adalah perkara suap atau yang diistilahkan dengan nama risywah. Yang dimaksud dengan risywah adalah harta yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang memiliki kewenangan tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya secara batil. Harta ini bisa berbentuk uang ataupun benda yang lainnya.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji-mdUVawQZ8ntZ5G_JocWc0o33BCMyCMa3tlQ4Cnt-cXHUCYdlGAXhRGveW53M_7pQl5CICbQVDLW9q5U-HkTbbcCLFYmIMT6fJ17gxwqgPgNuaGjZgXX4QJVyde0NF-xDePfJqhG1Nk/s1600/suap.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji-mdUVawQZ8ntZ5G_JocWc0o33BCMyCMa3tlQ4Cnt-cXHUCYdlGAXhRGveW53M_7pQl5CICbQVDLW9q5U-HkTbbcCLFYmIMT6fJ17gxwqgPgNuaGjZgXX4QJVyde0NF-xDePfJqhG1Nk/s320/suap.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Contohnya antara lain perbuatan seseorang yang menyuap hakim untuk memenangkan kasusnya, menyuap petugas dari instansi tertentu untuk mendahulukan pengurusan dirinya daripada pengurusan orang lain yang lebih dahulu, atau agar dirinya bisa diterima bekerja sedangkan yang lain tidak bisa, dan lain sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hukum dari perbuatan ini adalah haram karena mengandung beberapa bahaya atau mafsadah. Di antaranya adalah sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pelaku risywah (sogok/suap) adalah golongan yang dilaknat oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم , sebagaimana disebutkan di dalam hadits:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم الراشي والمرتشي</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Rasulullah صلى الله عليه وسلم melaknat orang yang memberi sogokan dan yang menerima sogokan.” [HR Abu Daud (3580) dan At Tirmidzi (1337) dari Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhu. Hadits shahih.]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Risywah (sogok/suap) merupakan kebiasaan kaum Yahudi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mereka (kaum Yahudi) itu sangat gemar mendengar kedustaan dan banyak memakan benda yang haram.” [QS Al Maidah: 42]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang dimaksud dengan benda yang haram (السحت) pada ayat di atas adalah uang suap atau sogok sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dan yang lainnya. Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada pembahasan tafsir ayat di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan ayat di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang melakukan suap berarti dia telah meniru perbuatan orang Yahudi. Wallahul musta’an.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Risywah adalah salah satu bentuk memakan harta orang lain secara batil, sedangkan perkara ini diharamkan oleh Allah. Allah ta’ala berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Janganlah kalian memakan harta sebahagian yang lain di antara kalian dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kalian membawa (urusan) harta itu kepada hakim/penguasa supaya kalian dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa padahal kalian mengetahuinya.” [QS Al Baqarah: 188]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Perbuatan risywah ini bisa menyebabkan kekacauan terhadap hukum dan kerusakan terhadap tatanan kehidupan bermasyarakat. Ini semua merupakan salah satu bentuk kerusakan di muka bumi sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ta’ala:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08356357824895687714noreply@blogger.com4